Ketika Bedah Rumah ‘Digugat’ Pemilik Tanah
https://www.diplomasinews.net/2018/11/ketika-bedah-rumah-digugat-pemilik-tanah.html
'BEDAH' MARINTEN : Bedah rumah Mbah Marinten berakhir 'digugat' pemilik tanah [ image : im ]
DIPLOMASINEWS.NET _ JAJAG _ Masih ingatkah hiruk-pikuk dan ‘gonjang-ganjing’ terkait bedah rumah atas nama Mbah Marinten, 80 tahun, beberapa pekan lalu, itu? Kini, domisili nenek renta itu tercatat sebagai warga Dusun Yosowinangun, RT 04, RW 03, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur. Saat sebelum dibedah rumahnya, ia menghabiskan masa rentanya menghuni ‘gubug reyot’ yang tak layak huni bersama anak semata wayangnya, Mujari, 52 tahun.
Catatan
DIPLOMASINEWS.NET, bahwa nenek berusia 80 tahun itu dalam mempertahankan
hidupnya dengan mengais barang-barang rongsokan atau pemulung sampah. Mujari,
anak mbah Marinten, mengaku bahwa ‘omzet’ nya sebagai pemulung per hari
berkisar antara Rp. 5. 000 hingga Rp. 10. 000.
“Sehari-hari
saya bekerja ‘golek rongsokan’ buat makan,” ujar Mujari, [ anak lelaki Mbah Marinten
], itu dengan polos, kepada DIPLOMASINEWS.NET, ketika ditemui di rumahnya yang
tengah dibedah, beberapa pekan lalu.
Hati
terasa teriris-iris ketika melihat ‘omah gubug’ berukuran lima kali enam meter
milik Mbah Marinten. Rumah yang selama ini ditempati nenek renta itu ternyata
menjadi ‘multi-fungsi’. Artinya, rumah
reyot dan tak layak huni itu tak hanya dihuni oleh manusia Mbah Marinten, tapi
makhluk bernama ‘wedus’ alias kambing pun ikut tidur satu atap dengan si Embah itu.
Tak hanya itu, ketika musim hujan tiba, Mbah Marinten selalu tidur kedinginan
bersama kambing-kambing piaraannya.
“Jujur,
atas nama kepala desa Jajag, saya ucapkan terima kasih pada semua pihak atas
program bedah rumah milik Mbah Marinten, itu,” ucap Suparno, kepala desa Jajag,
penuh haru kepada DIPLOMASINEWS.NET, beberapa pekan lalu.
Ketika
itu, DIPLOMASINEWS.NET telah merekam tentang mengapa dan apa yang terjadi
hingga rumah nenek uzur Mbah Marinten itu dibedah? Dari mana sesungguhnya dana
itu didapat dan seberapa besar nilai rupiah yang dialokasikan? Di bangun dan
berdiri di lahan milik siapakah program bedah rumah itu sesungguhnya?
Ternyata,
rentetan pertanyaan itu akhirnya terjawab. Saat itu nama Mbah Marinten menjadi
kondang sekolong jagat, gara-gara ‘gubug reyot’ nya diunggah di medsos, sehingga telinga pemkab terasa
panas, dan ‘jenggot’ para petinggi di kabupaten Banyuwangi menjadi terbakar.
Dan, bebalnya ‘otak’ para penguasa di kedalaman balairung pendapa kabupaten
sana ‘tiba-tiba’ cerdas, naluri kemanusiaannya ‘ujug-ujug’ menjadi lembut dan
‘sok sosial’ atas semua itu.
Ketika
salah satu dinas terkait di kabupaten itu dikonfrontir atas program sosial ‘bedah rumah’ milik Mbah Marinten, dengan lugas menjawab
bahwa dana yang teralokasikan untuk bedah rumah tersebut, ternyata dirogohkan
dari dana personal, yaitu dari ‘kantong’
baju orang nomor satu di Banyuwangi, Abdullah
Azwar Anas. Sekali lagi, bedah rumah itu diongkosi benar-benar dari ‘isi dompet’
orang ‘number one’ di kabupaten, itu.
DIAPUSI : Supeno [ jaket hitam ] ketika 'ngoceh' soal 'ditipu' oleh oknum sekda kabupaten [ image : diplomasinews.net ]
Rekaman
DIPLOMASINEWS.NET, atas bedah rumah Mbah Marinten itu berisi banyaka
pertanyaan. Antara lain, dibangun di atas lahan siapakah sesungguhnya program sosial
itu? Siapakah sejatinya pemilik lahan sah yang kini telah digali untuk pondasi
bedah rumah itu? Hasil mengendus atau investigasi media online, ini, ternyata lahan tersebut milik Supeno, 54 tahun, yang
kini domisili tetapnya masih tercatat sebagai warga Malang, Jawa Timur.
“Saya
benar-benar ‘ditipu’ oleh oknum sekretaris kabupaten. Ternyata hanya dijanjikan
tanpa ada realisasi,” ucap Supeno dengan nada ketus saat dicecar pertanyaan
DIPLOMASINEWS.NET, soal ‘nasib’ lahannya yang ditempati Mbah Marinten itu,
pekan lalu.
Masih
kata Supeno, beberapa bulan lalu sebelum bedah rumah milik Mbah Marinten itu dilaksanakan,
tiba-tiba dari ‘mulut’ seorang ‘sekda’ kabupaten itu berucap bahwa nanti lahan
miliknya [ Supeno ] yang sekarang didirikan bangunan bedah rumah itu, akan ‘dibeli’
sesuai harga pasar. Dan, kalimat ‘lamis’ yang pernah keluar dari ‘mulut’ sekda
itu selalu ditunggu dan ditunggu terus oleh Supeno [ pemilik lahan ] hingga ‘mblenger’.
Faktanya, hingga hari ini tak pernah ada realisasi sama sekali.
“Ternyata
oknum ‘sekda’ itu hanya janji dan janji saja. Saya akhirnya ‘digantung’ tanpa
ada bukti realisasinya,” ucapnya kesal, ketika diwawancarai DIPLOMASINews.Net,
beberapa pekan lalu.
Masih
kata Supeno, ternyata ‘kelamisan’ yang terlontar dari ‘mulut’ oknum sekda tentang
‘ganti rugi’ atas tanah tersebut berdampak sangat merugikannya. Dampak
negatifnya adalah nilai jual obyek tanah sangat rendah bahkan tidak ‘laku jual’,
karena di atas lahan miliknya itu telah berdiri bangunan ‘bedah rumah’ milik
Mbah Marinten. Padahal, hari-hari ini ia ingin secepatnya ‘mencairkan’ lahan
miliknya itu.
“Ternyata
saya benar-benar ditipu. Ditipu oleh ‘mulut’
oknum sekda kabupaten,” pungkas Supeno.
Onliner : roy enhaer/diplomasinews.net