Ketika Bedah Rumah ‘Digugat’ Pemilik Tanah

 'BEDAH' MARINTEN : Bedah rumah Mbah Marinten berakhir 'digugat' pemilik tanah [ image : im ] 

DIPLOMASINEWS.NET _ JAJAG _ Masih ingatkah hiruk-pikuk dan ‘gonjang-ganjing’ terkait bedah rumah atas nama Mbah Marinten, 80 tahun, beberapa pekan lalu, itu? Kini, domisili nenek renta itu tercatat sebagai warga Dusun Yosowinangun, RT 04, RW 03, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur. Saat sebelum dibedah rumahnya, ia menghabiskan masa rentanya menghuni ‘gubug reyot’ yang tak layak huni bersama anak semata wayangnya, Mujari, 52 tahun.

Catatan DIPLOMASINEWS.NET, bahwa nenek berusia 80 tahun itu dalam mempertahankan hidupnya dengan mengais barang-barang rongsokan atau pemulung sampah. Mujari, anak mbah Marinten, mengaku bahwa ‘omzet’ nya sebagai pemulung per hari berkisar antara Rp. 5. 000 hingga Rp. 10. 000.

“Sehari-hari saya bekerja ‘golek rongsokan’ buat makan,” ujar Mujari, [ anak lelaki Mbah Marinten ], itu dengan polos, kepada DIPLOMASINEWS.NET, ketika ditemui di rumahnya yang tengah dibedah, beberapa pekan lalu.    

Hati terasa teriris-iris ketika melihat ‘omah gubug’ berukuran lima kali enam meter milik Mbah Marinten. Rumah yang selama ini ditempati nenek renta itu ternyata menjadi  ‘multi-fungsi’. Artinya, rumah reyot dan tak layak huni itu tak hanya dihuni oleh manusia Mbah Marinten, tapi makhluk bernama ‘wedus’ alias kambing pun ikut tidur satu atap dengan si Embah itu. Tak hanya itu, ketika musim hujan tiba, Mbah Marinten selalu tidur kedinginan bersama kambing-kambing piaraannya.

“Jujur, atas nama kepala desa Jajag, saya ucapkan terima kasih pada semua pihak atas program bedah rumah milik Mbah Marinten, itu,” ucap Suparno, kepala desa Jajag, penuh haru kepada DIPLOMASINEWS.NET, beberapa pekan lalu.

Ketika itu, DIPLOMASINEWS.NET telah merekam tentang mengapa dan apa yang terjadi hingga rumah nenek uzur Mbah Marinten itu dibedah? Dari mana sesungguhnya dana itu didapat dan seberapa besar nilai rupiah yang dialokasikan? Di bangun dan berdiri di lahan milik siapakah program bedah rumah itu sesungguhnya?

Ternyata, rentetan pertanyaan itu akhirnya terjawab. Saat itu nama Mbah Marinten menjadi kondang sekolong jagat, gara-gara ‘gubug reyot’ nya diunggah di medsos, sehingga telinga pemkab terasa panas, dan ‘jenggot’ para petinggi di kabupaten Banyuwangi menjadi terbakar. Dan, bebalnya  ‘otak’  para penguasa di kedalaman balairung pendapa kabupaten sana ‘tiba-tiba’ cerdas, naluri kemanusiaannya ‘ujug-ujug’ menjadi lembut dan ‘sok sosial’ atas semua itu.

Ketika salah satu dinas terkait di kabupaten itu dikonfrontir atas program sosial  ‘bedah rumah’  milik Mbah Marinten, dengan lugas menjawab bahwa dana yang teralokasikan untuk bedah rumah tersebut, ternyata dirogohkan dari  dana personal, yaitu dari ‘kantong’ baju  orang nomor satu di Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Sekali lagi, bedah rumah itu diongkosi benar-benar dari ‘isi dompet’ orang ‘number one’ di kabupaten, itu. 

 DIAPUSI : Supeno [ jaket hitam ] ketika 'ngoceh' soal 'ditipu' oleh oknum sekda kabupaten [ image : diplomasinews.net ]

Rekaman DIPLOMASINEWS.NET, atas bedah rumah Mbah Marinten itu berisi banyaka pertanyaan. Antara lain, dibangun di atas lahan siapakah sesungguhnya program sosial itu? Siapakah sejatinya pemilik lahan sah yang kini telah digali untuk pondasi bedah rumah itu? Hasil mengendus atau investigasi media online, ini, ternyata lahan tersebut milik Supeno, 54 tahun, yang kini domisili tetapnya masih tercatat sebagai warga Malang, Jawa Timur.  

“Saya benar-benar ‘ditipu’ oleh oknum sekretaris kabupaten. Ternyata hanya dijanjikan tanpa ada realisasi,” ucap Supeno dengan nada ketus saat dicecar pertanyaan DIPLOMASINEWS.NET, soal  ‘nasib’  lahannya yang ditempati Mbah Marinten itu, pekan lalu.

Masih kata Supeno, beberapa bulan lalu sebelum bedah rumah milik Mbah Marinten itu dilaksanakan, tiba-tiba dari ‘mulut’ seorang ‘sekda’ kabupaten itu berucap bahwa nanti lahan miliknya [ Supeno ] yang sekarang didirikan bangunan bedah rumah itu, akan ‘dibeli’ sesuai harga pasar. Dan, kalimat ‘lamis’ yang pernah keluar dari ‘mulut’ sekda itu selalu ditunggu dan ditunggu terus oleh Supeno [ pemilik lahan ] hingga ‘mblenger’. Faktanya, hingga hari ini tak pernah ada realisasi sama sekali.

“Ternyata oknum ‘sekda’ itu hanya janji dan janji saja. Saya akhirnya ‘digantung’ tanpa ada bukti realisasinya,” ucapnya kesal, ketika diwawancarai DIPLOMASINews.Net, beberapa pekan lalu.

Masih kata Supeno, ternyata ‘kelamisan’ yang terlontar dari ‘mulut’ oknum sekda tentang ‘ganti rugi’ atas tanah tersebut berdampak sangat merugikannya. Dampak negatifnya adalah nilai jual obyek tanah sangat rendah bahkan tidak ‘laku jual’, karena di atas lahan miliknya itu telah berdiri bangunan ‘bedah rumah’ milik Mbah Marinten. Padahal, hari-hari ini ia ingin secepatnya ‘mencairkan’ lahan miliknya itu.

“Ternyata saya benar-benar ditipu. Ditipu oleh  ‘mulut’  oknum sekda kabupaten,” pungkas Supeno.

Onliner           : roy enhaer/diplomasinews.net

Related

Cover Story 6011550424075263657

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item