Ritual 'Mantu Kucing' dan Mohon Hujan di Curahjati, Grajagan, Kades Supriyono : Berilah Hujan yang Barokah

TAK GENDONG : Sejoli kucing yang akan dinikahkan dalam gelaran ritual 'mantu kucing' di Dusun Curahjati, Desa Grajagan, Banyuwangj, Jawa Timur. [ image : roy ]

DIPLOMASINEWS.NET - Grajagan - Banyuwangi - Pagi itu, 07 Wib, Jumat, 17  November 2023, tradisi unik, langka sekaligus menarik telah digelar di Dusun Curahjati, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur. Yaitu ritual adat mantu kucing. Disebut seperti itu karena ritual tersebut benar - benar 'menikahkan' dua sejoli hewan kucing di umbul atau mata air abadi yang ada di dusun itu.

Sekadar catatan kaki, bahwa ritual mantu kucing tersebut berawal sekitar tahun 1930 - an. Dahulu kala, di Dusun Curahjati tengah dilanda ketigo ngerak, musim kemarau berkepanjangan. Kemudian seluruh masyarakat desa berikhtiar melakukan salat Istisqa mohon kepada Gusti Allah agar diturunkan hujan. 

HUJAN BAROKAH : Berilah desa kami dengan hujan barokah, mohon kades Grajagan, Supriyono. [ image : roy ] 

Saat itu juga Mbah Wono Samudro, sosok lurah atau kepala kampung itu didatangi Mbah Umbulsari yang dipercaya sebagai yang mbahurekso atau penunggu mata air di kampung tersebut lewat alam mimpi. 

Dalam mimpinya, Mbah Wono Samudro ditemui Mbah Umbulsari yang hidup di dalam dimensi roh itu berpesan agar seluruh masyarakat di kampung tersebut untuk bersegera melakukan ritual mantu kucing.

UBO RAMPE : Kenduri budaya pada ritual 'Mantu Kucing' di Dusun Curahjati, Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur. [ image : roy ]

Kenapa harus binatang kucing yang dipilih? Pasalnya, ada anggapan bahwa binatang manis dan lembut itu sangat erat hubungannya dengan hujan. Dengan mantu sekaligus memandikan kucing dipercaya bisa 'mendatangkan' hujan.

Dalam prosesinya, dua mempelai kucing yang akan dinikahkan tersebut harus berasal dari kampung yang berbeda. Kucing betina bernama Wilujeng itu 'berdomisili' di selatan sungai dan yang jantan berjuluk Slamet itu dari utara sungai. Secara filosofis, agar seluruh masyarakat di desa tersebut selalu diberi slamet atau keselamatan dan juga selalu dilimpahi wilujeng atau kesejahteraan bersama. 

Kemudian, mempelai kucing yang akan dimantu atau dinikahkan tersebut masing - masing digendong oleh tetua adat dan diarak kelilling desa hingga akhirnya menuju umbul atau mata air yang dijadikan sebagai tempat perkawinan. Setelah selesai prosesi kemudian mempelai kucing itu dimandikan dan akhirnya dilepas. Entah kemana. 

Sementara itu, Kepala Desa Grajagan, Supriyono ketika dijumpai usai acara mengatakan bahwa sesungguhnya ritual mantu kucing yang digelar saban tahun sekali pada bulan November tersebut sebagai upaya nguri - uri warisan atau legacy budaya nenek moyang dahulu. 

Lanjut kades Grajagan itu bahwa ritual mantu kucing yang digelar di desanya itu sebagai ikhtiar budaya untuk memohon kepada - Nya agar segera diturunkan hujan. Segera diguyur hujan dengan hujan yang penuh barokah.

Bahkan, lanjut kades bahwa ritual mantu kucing telah menjadi ikonik desa Grajagan. Dan, akan berkelanjutan menjadi daya tarik sebagai destinasi wisata. 

"Ritual mantu kucing itu sebagai ikhtiar mohon kepada Gusti Allah agar diparingi hujan. Hujan keberkahan untuk seluruh warga desa," pungkas kades Grajagan Supriyono yang didampingi tetua desa Misman serta wakil komunitas pemuda Suyono. 

Onliners : Roy/Hen/Yad/Jef
Editor : Roy Enhaer
Publisher : Oma Prilly

Related

Cover Story 1882191088164575514

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item