Pupuk Subsidi, Ke Manakah Kau 'Sembunyi'?

Oma Prilly

'Makhluk' yang bernama pupuk itu begitu tak bisa terpisahkan dengan denyut nadi dan nafas kehidupan para petani yang jumlahnya ratusan juta di negeri Pancasila ini. 

Tetapi hari -
hari ini keberadaan pupuk itu ujug - ujug menghilang dan sembunyi entah ke mana. Lenyap, raib serta ambles bak ditelan bumi. Menghilang atau sengaja dihilangkan? Sembunyi ataukah jangan - jangan disembunyikan atau ditimbun oleh tangan - tangan setan yang memang tupoksi mereka suka bersembunyi di balik gelapnya kegelapan lorong - lorong tikus serta suka nyelempit di laci - laci birokrasi? 

Adakah semua itu aksi dari nafsu oportunistik kapitalistik para spekulan yang bisa saja berkolaboratif dengan segerombolan pejabat publik bermental miring demi keserakahan isi perut mereka sendiri?

Bukankah hilang dan lenyapnya kebutuhan primer petani di pasaran itu semacam 'kecelakaan sejarah' di negeri yang amat dikenal dengan masyarakatnya yang agraris itu? 

Cobalah orang - orang pintar yang berada di sanggasana strategis di sana itu mbok yao sesekali gunakan akal sehat serta hati jernih ketika hari - hari ini pupuk untuk petani itu lenyap dan sulit dijumpai. 

Pahamkah para pemangku jabatan publik di negeri ini jika pupuk langka dan harganya membumbung sehingga tanaman kering meranggas, petani meradang karena puso gagal panen yang berlanjut biaya membengkak tanpa bisa menyicil hutang di rentenir? 

Andai disimulasikan bahwa jutaan petani di negeri ini nekat tidak bercocok tanam padi tapi berganti tanam buah duet. Apa yang terjadi selanjutnya? Pasti lambe - nya para pejabat publik di atas sana berwarna biru semua persis buah itu.

Dalam konteks di atas bahwa jutaan petani itu jangan 'diceramahi' di atas mimbar - mimbar kekuasaan. Jutaan petani tak butuh apa yang disebut dengan pupuk subsidi atau tidak subsidi. Jutan petani jangan pernah didalihi soal yang berbau teknis administasi seperti kuota, distribusi dan proses produksi. 

Pasalnya, yang sangat dibutuhkan jutaan petani hanyalah ketika saat mereka butuh mupuk tanaman, cukup ketersediaannya. 

Adakah para pemanggul amanah rakyat di atas singgasana itu otak dan hatinya memiliki sense of rakyat? Atau jangan - jangan petani yang jumlahnya jutaan itu malah dijadikan obyek penderita atas nafsu birahi kapitalisasi mereka?

Tahukah bahwa ketika petani dibingungkan oleh kelangkaan dan mahalnya harga eceran pupuk tersebut, sesungguhnya esksistensi dan 'harga diri' jutaan petani di negeri agraris ini sedang 'dihina', dimarjinalkan, dipinggirkan, di - eleminasi - kan serta sedang didelepne atau dijerembabkan kepala mereka di pojok - pojok kedokan serta di kubangan lumpur di sawah milik mereka sendiri.

Sekali lagi, atas kelangkaan stok dan melejitnya harga pupuk hari - hari ini jutaan petani jangan dijejali teori distribusi dan difinisi produksi. 

Jutaan petani hanya butuh yang praktis dan ekonomis. Tak butuh tumpukan buku dan ocehan - ocehan teoritis akademis.

Masih saja langka dan mahalkah pupuk untuk petani di negeri sendiri hari - hari ini? 

Oma Prilly
Minggu, 06 November 2022.

Related

Cover Story 1367568079142344678

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item