Harta, Tahta, Wanita dan Senjata
http://www.diplomasinews.net/2022/08/harta-tahta-wanita-dan-senjata_26.html
Oma Prilly |
Mudah-mudahan saya tidak salah dan keliru dalam bernarasi bahwa jika seseorang kehilangan eksistensi kemanusiaannya, itu sangat dipengaruhi beragam unsur. Sebut saja soal harta, bisa juga soal tahta, bahkan bisa jadi persoalan wanita.
Dan, dalam konteks 'rojo pati' atas peristiwa terbunuhnya sang brigadir di rumah dinas sang irjen itu bisa jadi karena dipicu oleh salah satu unsur tersebut yakni harta, tahta dan wanita.
Jika saya boleh menambahkan satu unsur lagi adalah senjata. Pasalnya, peristiwa 'pembantaian' polisi oleh oknum polisi itu dilakukan oleh pelaku yang dipersenjatai 'bedil' atau senjata.
Saya menulis ini tidak sedang berposisi sebagai pakar atau pengamat apa pun. Bukan ahli hukum, bukan psikolog, bukan ahli forensik, dan juga bukan penyidik.
Saya juga tidak 'mudeng' atau memahami apa yang disebut dengan ekshumasi, 'obstruction of justice', locus delicti, tempos delicti, serta makna dari 'justice collaborator'.
Sedangkan yang saya dengar, lihat di medsos dan terpahami bahwa dalam peristiwa oknum polisi 'mbedil' sahabatnya sendiri itu berakhir tewas justru di rumah dinas 'polisinya' polisi.
Juga yang menjadi otak saya 'cekot - cekot' dan jantung terbetot adalah peristiwa sadistik itu celakanya dilakonkan oleh oknum polisi, korban yang 'dibantai' polisi, locus delicti - nya di rumah dinas milik polisi, yang datang memeriksa sekaligus lidiknya juga polisi. Dan, yang memasang 'police line' pun polisi, pelapornya sekaligus terlapornya polisi, visum et repertum - nya dilakukan polisi, pelaku yang hilangkan barang bukti, halang - halangi penyelidikan dan yang 'ngepel' ceceran darah atas 'rojo pati' tersebut diduga kuat juga dilakukan oleh oknum polisi. Semuanya 'serba' polisi.
Kemudian meski ketika itu saya tidak berada di 'locus delicti', berita faktanya bahwa sang ajudan brigadir telah tewas meregang nyawa akibat 'dibedil' oleh sang bharada yang diperintahpaksa 'sang juragan' mereka sendiri.
Ketika itu tubuh sang brigadir luruh, roboh dan rebah ke lantai bersimbah darah tertembus timah panas yang muntah dari moncong senjata sang bharada. Ketika itu juga nafas sang brigadir terlepas, nyawanya 'amblas' dari raga, matanya kosong, detak nadinya terhenti dan jantungnya membeku.
Dan, peristiwa 'rojo pati' multi tragedi di pusaran kepolisian itu sangat - sangat menyedot perhatian publik. Mengaduk - aduk otak ratusan juta rakyat di negeri ini hingga 'gregeten' atas tidak hanya sebuah tragedi kemanusian saja tetapi tragedi profesi, tragedi hukum dan tragedi anjlognya kepercayaan terhadap korps baju coklat di negeri ini.
Dan tragedi yang menewaskan sang brigadir di 'killing field' atau ladang pembantaian di rumah 'polisinya' polisi itu sangat dipicu oleh multi kekalapan manusia. Unsur harta sangat mungkin awal dari sebuah tragedi karena sang algojo dalam melakonkan 'surat izin bunuh' butuh 'iming-iming' ongkos lelahnya.
Untuk unsur tahta sudah sangat pasti bahwa sang sutradara pembantaian memiliki relasi kuasa jabatan strategis atas jabatan - jabatan di sekelilingnya. Bukankah dalam organisasi terdapat loyalitas yang bisa dijadikan dalih perintah apa pun meski itu menabrak hukum?
Sedangkan unsur wanita dalam diri manusia sangat dominan peranannya. Pasalnya, harta dan wanita sangat sulit dipisahakan dalam kehidupan sehari - sehari bagi manusia yang tengah berada di kursi ketahtaannya. Jika bergelimang harta pasti lelaki butuh sesuatu untuk 'membeli' barang sensitif kesukaannya. Sedangkan wanita nafsunya tidak bisa menjauh dari unsur duit atau harta. Bukankah dalam kasus oknum polisi 'mbedil' konco - nya yang juga polisi itu juga melibatkan wanita bernama sang 'Putri Malu' yang kini sudah digedok sebagai tersangka. Ada pemandangan aneh. Pasalnya, sang Putri yang diharapkan sebagai saksi kunci dalam tragedi kemanusian itu 'ujug - ujug' berubah mengenakan hijab saat dimintai keterangan?
Akhirnya kosa kata soal harta, tahta dan wanita itu sepertinya belum pantas dan tidak memenuhi unsur. Mesti ditambah satu 'ta' lagi yakni senjata.
Oma Prilly
Jumat, 26 Agustus 2022.