Putra Tersayang di 'Ujung Pedang'
http://www.diplomasinews.net/2022/07/putra-tersayang-di-ujung-pedang.html
Oma Prilly |
ISMAIL muda tumbuh menjadi anak penuh abdi sekaligus berbakti pada ayahandanya, yakni Nabi Ibrahim. Juga, totalitas dan kualitas imannya kepada Sang Maha Dalang, Allah SWT pun begitu dahsyat seperti ayahandanya.
Nabi Ibrahim amat sangat menyayangi Ismail, putranya. Ismail muda pun mencintai penuh bakti pada ayahandanya. Tapi, ketika gugusan cinta antara anak – bapak itu menggumpal, mengkristal, dan bersenyawa, Allah SWT memberikan ‘ujian’ dan ‘adu nyali’ yang teramat berat buat dua manusia mulia itu.
Yakni sebuah ujian yang mampu membetot jantung dan mengiris hati manusia di kolong planet ini. Bahkan, jika peristiwa tersebut terjadi pada era sekarang, pasti berurusan dengan aparat penegak hukum.
'Ujian’ itu adalah perintah Allah SWT buat Nabi Ibrahim dan Ismail. Perintah agar seorang ayah untuk ‘penggal’ leher anak semata wayang yang dicintainya. Anak kinasih belahan jantungnya. Betapa pedih, perih dan tersayat hati Nabi Ibrahim. Dengan hati sedih bahwa perintah ‘eksekusi’ oleh Allah SWT itu ia sampaikan pada Ismail. Apa yang terjadi atas peristiwa haru biru antara anak dan bapak itu?
Astaghfirullah! Justru Ismail mempersilakan agar eksekusi pemancungan atas dirinya itu disegerakan. Baginya, itu adalah semata-mata perintah - Nya. Perintah yang intinya agar memenggal leher Ismail hingga kepala terpisah dari tubuhnya.
Padahal, hingga di ujung usia senjanya, Nabi Ibrahim baru bisa mendapatkan keturunan, yaitu Ismail, anak lelaki semata wayang. Dan, Ibrahim adalah nabi. Ia tak pernah ragu dan gamang demi menjalankannya asal semua itu atas perintah Gusti Allah. Di sisi lain, Ismail muda itu pun begitu sabar dan ikhlas menerima perintah Allah SWT.
Penuh haru. Kedua lelaki anak dan bapak yang hebat dan penuh kesabaran itu bergegas mencari tempat yang tepat untuk melakukan penyembelihan. Tubuh Ismail dibaringkan di atas bebatuan yang rata dan halus. Wajah Ismail oleh Nabi Ibrahim ditutup sepotong kain agar tak terlihat langsung wajah anak semata wayangnya itu.
Tepat ketika tajamnya pedang hampir menyentuh leher anak kinasihnya Ismail, malaikat Jibril segera ‘membarter’ Nabi Ismail dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Akhirnya, tajamnya pedang Nabi Ibrahim pun beralih memenggal leher domba itu.
Peristiwa kemanusiaan yang sanggup meluluhtantakkan jantung dan ulu hati inilah awal dari perintah penyembelihan hewan kurban pada setiap Idul Adha. Kisah nyata yang sarat dengan kesabaran, kepasrahan total, ketakwaan, kekokohan, keteguhan iman dan keridaan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika menjalankan perintah Allah SWT.
Akhirnya, sanggupkah ‘otak dan hati’ para pejabat yang mengelola dan mewakili ratusan juta rakyat di negeri Pancasila ini dalam ber – leadersship – itu sudah berwatak Ibrahim dan berkarakter Ismail?
Selamat ber - Idul Adha 1444 H.
Oma Prilly
09 Dzulhijjah 1444 / Rabu, 28 Juni 2023