Gaduh, Ketika Sang Ustad 'Dituduh'

Oma Prilly

Masih segar di memori otakku ketika beberapa pekan lalu telah terjadi peristiwa 'ngisin - isini' atau memalukan atas kegaduhan nasional bahkan hingga di level ASEAN - onal yakni soal salah satu sosok ustad kondang, ustad sejuta umat, dan sang pendakwah papan atas milik negeri ini. 

Dan, entah kenapa kegaduhan nasional itu terjadi. Entah kenapa tetiba sang ustad kondang itu 'dihalau' oleh Negeri Singa ketika tengah pelesir ke kerabatnya di negeri tetangga itu. 

Juga entah kenapa ketika sang pendakwah sebagai tamu yang sekadar bertandang ke tetangga sebelah saja tetapi tidak dibukakan pintu gerbang oleh tuan rumahnya? 

Siapakah sesungguhnya 'sang tamu' itu? Dan, kenapa sesungguhnya 'tuan rumah' berlaku seperti itu sehingga benar - benar menidakbolehkan sang tamu meski sekadar untuk ber - kulonuwun' saja. Bahkan ketika masih di depan pintu pun sudah 'diurak - urak' tuan rumahnya. Dan apa yang terjadi jika sang tamu itu hingga berhasil melangkah masuk dan 'belusukan' ke kamar mandi dan ruang tamu milik tetangga sebelah itu?  

Bukankah sesungguhnya unggah - ungguh dalam bertamu di manapun di dunia ini selalu saling menghormathargai antara tamu dan yang ditamui?

Tapi kenapa lha wong sekadar bertamu ke tetangga sebelah saja justru menjadi peristiwa gonjang - ganjing bahkan meledakkan kegaduhan nasional hingga menciptakan polarisasi sosial kemudian muncul kubu pro dan kontra. 

Akhirnya, atas peristiwa sepele antara 'tamu dan tuan rumah' tersebut berbuntut panjang dan bahkan di ruang publik benar terpolarisasi saling berhadap - hadapan dengan kebenaran kelompok masing - masing.

Faktanya, kelompok seberang sana mulutnya menghujat sang tamu, dan di seberang sana lagi 'cangkeme' memekik berteriak menuding jidat tuan rumah.

Seperti apakah untuk bisa menjadi tamu yang dihormati dan juga menjadi penerima tamu yang baik itu agar di antara keduanya berakhir menjadi baik - baik dan tidak ada pihak mana pun menuduh tidak baik? 

Maaf sejuta maaf. Izinkan sekali ini saja aku mengilustrasikan dengan betapa mereka yang hoby gaduh itu persis dan 'jibles' seperti perilaku bocah - bocah 'playgroup', 'arek - arek' kelas usia dini dan juga paralel dengan watak dasar anak - anak di halaman taman kanak - kanak itu.

Pertanyaanya adalah kenapa kita sebagai bangsa besar di negeri yang besar ini justru cara berpikirnya kerdil? Bahkan cara berpikir orang - orang yang mengaku pintar, dan cerdik cendekia itu justru semakin hari semakin tuna adab menuju ke arah 'jahiliyah'? 

Kreatif ciptakan gaduh di atas gaduh. Jenis manusia apakah kita ini? 

Oma Prilly
Sabtu, 28 Mei 2022

Related

Cover Story 7455249360496313426

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item