'Urip Mung Mampir Ngombe'
http://www.diplomasinews.net/2022/04/oma-prilly-titel-atau-judul-dalam.html
Oma Prilly |
Titel atau judul dalam ungkapan bahasa Jawa di atas itu jika dimaknai secara bebas adalah bahwa hidup di dunia itu sesungguhnya hanya sebentar, hanya sekejap mata saja durasinya. Dan, tidak pernah ada manusia manapun yang sanggup meramal, memprediksi, dan merumuskan atas kesementaraan hidup itu.
Dan, ungkapan klasik 'Urip Mung Mampir Ngombe' itu akan saya coba paralelkan sekaligus direfleksikan dengan situasi kefaktaan sehari - hari pada hari ini misalnya soal kelangkaan sekaligus melambungnya kebutuhan primer rakyat di negeri kaya raya ini atas minyak goreng dan bahan bakar solar.
Dan, kesimpangsiuran informasi serta kekarutmarutan kebijakan atas kebutuhan utama jutaan rakyat di negeri 'Nuswantoro' ini akhirnya benar - benar terjadi imbas negatif dan kegelisahan publik di wilayah rakyat bawah.
Pertanyaannya, kenapa mesti 'embok - embok' yang jumlahnya jutaan di sudut - sudut kampung seantero negeri ini harus berjubal antre minyak goreng? Pernahkah kita melihat para 'emak - emak' pejabat itu ikut antre berbaris dan terpotret wajahnya kemudian tertayang di layar kaca TV? Lalu kemana sesungguhnya 'emak - emak' itu dalam mendapatkan seliter dua liter minyak goreng tetapi sama sekali tak pernah ikut mengular sembari membawa wadah plastik di depan toko kelontong yang pintunya hanya terbuka setengah itu?
Sekali lagi, 'Urip Mung Mampir Ngombe'. Hidup itu hanya rehat sebentar untuk sekadar minum seteguk air usir dahaga kemudian beranjak 'pulang' menuju ke rumah masing - masing yang telah dipersiapsediaakan oleh - Nya.
Hidup itu hanya sebentar saja. Saking hanya sebentar itulah akhirnya ibarat sebuah perjalanan lalu mampir minum sejenak.
Jika kita bicara minum, jangan - jangan kelangkaan minyak goreng di negeri 'kelapa sawit' itu dipicu oleh ujaran 'urip mung mampir ngombe' itu?
Maksud saya, jika yang 'mampir' minum di negeri ini jumlahnya teramat banyak kemudian yang 'diminun' itu bukan seteguk dua teguk air tetapi berjuta - juta gallon minyak goreng dan berbarel - barel solar dan pertamax, pasti 'wong cilik' di garis bawah benar - benar terjadi kelangkaan yang disusul dengan melangitnya harga jual.
Ah, ternyata hidup di negeri kaya raya seperti di negeri ini yang paling indah adalah harus 'melestarikan' ungkapan di atas. Yakni, hidup itu sesungguhnya hanya tempat persinggahan untuk sekadar mampir 'ngombe' atau mampir minum sekenyang - kenyangnya hingga 'gelegeken' minyak goreng dan solar.
Oma Prilly
Ramadan, Sabtu, 09 April 2022.