Ketika Armando 'Benjut' di Tengah Demo
Oma Prilly |
Iklim di negara demokrasi yang bebas sangat dibolehkan bagi siapa pun untuk kemerdekaan beraspirasi dan beropini soal apa saja sejauh menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
Jika harga minyak goreng melejit tak terkendali hingga ke langit, harga per liter BBM meroket hingga menyodok planet, juga wacana politisasi diundurnya pemilu dan bahkan 'diolornya' jabatan presiden menjadi tiga periode dan ribuan wacana liar yang setiap detik berseliweran di negeri ini. Celakanya, kita ini bangsa yang suka menggoreng - barang makanan yang sudah 'mateng' dan kemudian dibumbui lagi sehingga jika kita santap bisa 'mules' dan sakit perut
Dan, wacana - wacana 'takhayul' itulah barangkali yang mendidihkan idealisme para mahasiswa di seantero negeri ini.
Celakanya, ketika ribuan mahasiswa tengah menumpahkan aspirasi mereka di titik - titik tertentu bahkan telah melalui mekanisme dan prosedural resmi, justru suara - suara original dan murni para mahasiswa itu 'dicederai' oleh insiden pengeroyokan yang korbannya pegiat media sosial bernama Ade Armando yang berakhir 'benjut' dan babak belur berdarah - darah wajahnya. Bahkan korban sempat 'diudani' atau ditelanjangi sambil diseret - seret oleh oknum yang dipastikan 'bukan' mahasiswa itu.
Saya tidak sedang memperbincangkan atau membedah siapa sesungguhnya Armando dan sedang apa sebetulnya ia berbaur di tengah lautan demo mahasiswa pada 11 April lalu itu.
Justru yang saya sayangkan adalah betapa keseriusan dan keorisinalitasan pikiran - pikiran mahasiswa itu telah kalah viral dan tertutupi oleh peristiwa 'wajah benjut' Ade Armando yang dijadikan 'sansak hidup' oleh gerombolan penyusup atau massa penumpang gelap dengan aksi 'anarko'.
Negeri ini selalu menunggu aksi dari para agen perubahan, yakni mahasiswa. Sekali lagi, jangan pernah beringsut sejengkal pun cita dan cintamu kepada negeri ini. Demi mengawal bangsa dan rakyat di negeri ini, pijak, berdiri dan tegakkan kaki - kakimu menapaki jalan hingga ke kaki langit keadilan dan kesejahteraan. Dan, perjuangan itu tak perlu harus diongkosi dengan 'benjut' wajahmu.
Oma Prilly
Ramadan, Minggu, 17 April 2022.