Sebait 'Mantra' di Langit Mandalika

Oma Prilly

Ternyata kita ini memang sejenis bangsa yang suka geger, gaduh, 'umek', gampang menyalahkan pihak lain, suka mem - bully dan sangat membenarkan bahwa dirinya yang paling benar. Juga sekaligus paling hoby menghakimi apa saja menurut kaca mata kudanya sendiri.

Contoh yang paling gres dan anyar adalah soal aksi selebrasi seorang 'pawang hujan' perempuan bernama Rara di lintasan sirkuit Mandalika ketika digelar balapan MotoGP 2022 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa hari silam.

Atas aksi ritual pawang hujan itulah akhirnya melahirkan pro - kontra yang berlanjut 'perang' komentar di media sosial. Celakanya, komentar - komentar itu justru malah semakin 'membingungkan' saya sebagai orang awam.

Jujur, tulisan ini tidak sedang mengomentari apa pun atas aksi ritual 'pawang hujan' di lintasan sirkuit Mandalika tersebut. Pasalnya, saya tidak cukup ilmu untuk menjelaskan secara detil soal dunia perpawanghujanan itu.

Dan, saya juga tidak akan ikut 'grubyug' seperti orang - orang yang bermulut 'nyinyir' dengan menyebut bahwa aksi ritual pawang hujan itu perbuatan syirik, 'melawan' dan 'mendahului' kehendak  Tuhan. Tetapi saya lebih melihat bahwa apa yang dilakoni oleh pawang hujan tersebut adalah sekadar sebuah 'permintaan' sesuatu kepada - Nya sekaligus bersadar diri bahwa makhluk bernama manusia itu benar - benar sangat lemah, tak berdaya, amat tak bisa berbuat apa - apa dan amat kecil, amat renik dihadapan Tuhan. Makanya, kita sangat membutuhkan pertolongan - Nya.

Saya sebagai orang awam, hujan adalah salah satu Rahmat dari - Nya. Sedangkan hari itu langit di atas sirkuit Mandalika hujan deras dan lidah api petir manyambar membelah langit. Bukankah semua itu adalah mutlak hak 'prerogratif' Tuhan?

Makanya, ketika banyak orang menyoal  soal pawang hujan di gelaran motoGP Mandalika kemudian menjadi kegaduhan nasional dan internasional tersebut saya tidak ikut menuduh - nuduh apa pun. Pasalnya, hujan dan tidak hujan itu adalah absolut berada di genggaman tangan - Nya.

Jika pun tulisan saya ini ikut komentar tentang aksi pawang hujan yang 'berhasil' menghentikan derasnya hujan itu, saya pun harus 'ekstra hati - hati' dalam mengilustrasikan kehendak Tuhan. Maksud saya, ketika itu Tuhan benar - benar membuktikan Rahman - Rahim - Nya kemudian 'iba' dan 'tak tega' atas permohonan makhluk - Nya yang 'klebus'  basah kuyup sembari membawa bokor emas dan kepulan asap dupa di lintasan Mandalika. Lalu manusia siapakah yang tahu jika 'permohonan' sang pawang hujan kepada - Nya itu benar - benar dilakukan dengan pikiran bening, hati ikhlas dan jernih sehingga kemudian Tuhan 'mengijabahi' atau mengabulkan?  Adakah manusia yang tahu dan bisa membaca hati orang?

Menurut pikiran awam saya, apa pun yang terjadi di jagat raya ini segalanya adalah atas kakuatan Tuhan. Pasalnya, rumus hidup kita sudah jelas, yakni 'Lahaula Walakuata Illabillaah' yang maknanya tiada kekuatan yang paling 'top', paling Maha Hebat kecuali hanya dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Sekali lagi, silakan sang pawang hujan itu melakoni 'laku' apa pun sesuai yang diyakininya dalam  bermohon kepada Tuhan. Perkara permohona kepada - Nya itu terkabulkan atau tidak, saya sebagai makhluk lemah tidak cukup ilmu untuk mengomentari apalagi menjelaskannya.

Biarkan saja sang 'pawang hujan' itu berurai - urai mantra dengan bahasa apa pun. Toh, saya tidak mampu menyimpulkan manjur atau tidak ketika manusia yang sejatinya lemah itu samggup 'mengusir' mendung dan 'menghentikan' derasnya guyuran hujan. Bukankah sang pawang hujan usai ritual itu telah berucap bahwa dirinya hanya manusia biasa dan hanya Allah yang mampu melakukan segalanya?

Sekali lagi, tulisan saya hanya sekadar meraba - raba atas ritual sang pawang hujan itu. Dan, sesungguhnya 'mantra' apakah yang diucapkan dari mulutnya yang 'komat - kamit' di lintasan sirkuit motoGP Mandalika itu?

Pasrahkan saja segalanya kepada Tuhan, kepada Yang Maha Dahsyat. Dan, di saat yang sama kita 'nikmati' saja ritualitas atas bait - bait 'mantra' di tengah derasnya guyuran hujan yang tumpah dari langit Mandalika. 

Oma Prilly
Senin, 28 Maret 2022.

Related

Cover Story 3835544263534579896

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item