Mahameru Ada di Genggaman - Mu

Oma Prilly

Sore itu, wajah ramah gunung Semeru tetiba berubah marah semarah - marahnya. Gunung kerucut yang gagah tegak berdiri itu benar - benar menunjukkan keperkasaannya dengan menyemburkan debu vulkanik dan memuntahkan lahar panas sejadi - jadinya tanpa sanggup ‘dipenging’ atau dihadang oleh kehebatan, kekuatan, dan kekuasaan jabatan manusia siapa pun.

Duh, Gusti Allah! Arogansi, kesombongan, kecerdasan, kekuatan, dan kekuasaanku yang selama ini kusandang ke mana - mana itu ternyata menjadi tidak berarti ketika gunung Semeru sekadar ‘batuk’ dan ‘muntah - muntah’ saja pada sore menjelang senja itu.

Aku sangat dan menjadi teramat kecil, lemah dan tak sanggup berbuat apa - apa ketika gunung Semeru dengan puncak Mahameru nya itu berada di genggaman - Mu.

Benarkah ‘batuk dan muntah’ nya Semeru itu sebagai bentuk ujian, peringatan atau bisa jadi sebuah ‘adzab’ atas kekonyolan, kedunguan dan kegoblokanku yang selama ini jarang menyapa - Mu bahwa sesungguhnya Engkau itu sejatinya ada? 

Ataukah setiap kali terjadi peristiwa alam seperti gemuruhnya muntahan Semeru pada sore itu kemudian cara berpikirku menganggapnya sebagai ‘bencana’?

Atau kenapa mereka yang lebih dulu terpanggil menghadap -Mu yang terkubur di kedalaman debu vulkanik Semeru itu justru mereka yang hidupnya penuh damai, bersahaja dan lestari bersahabat dengan alam di bawah puncak Mahameru itu? 

Kenapa justru bukan mereka yang hidupnya lebih suka ‘merusak’ apa saja dan hidup nyaman di atas kemewahan dunia itu yang ‘dimuntahi’ lahar panasnya Semeru? 

Duh Gusti Allah, maafkan aku jika Semeru dengan puncak Mahamerunya itu telah tergenggam di genggaman - Mu. Engkaulah Maha Dalang atas apa saja yang terjadi di semesta ini.

Mahameru di genggaman - Mu.

Oma Prilly 

Lumajang, Minggu, 05 Desember 2021