‘Ngamen’ Bukan Hina, Asal Tak ‘Nabrak’ Pidana
http://www.diplomasinews.net/2020/09/ngamen-bukan-hina-asal-tak-nabrak-pidana.html
BUKAN
NISTA, BUKAN DOSA : Mereka berprinsip bahwa aksi yang dilakoni itu hanya ‘ngamen’
dan ‘ngamen’. [ image : roy enhaer/diplomasinews.net ] |
DIPLOMASINEWS.NET_JAJAG_BANYUWANGI_”Opo aku
salah yen aku crito opo anane”. Penggalan lirik
tembang Tatu milik Didi Kempot
itu dengan syahdu dilantunkan empat kawanan pengamen di trotoar kawasan Desa Jajag,
Banyuwangi, Selasa, 22 September 2020.
Sore
itu, jalanan basah usai diguyur hujan deras dan mendung redup itu masih
menggantung. Dan, empat kawanan pengamen yang berkaos bertuliskan ‘Pengamen
Misteruis’ itu tengah beraksi di depan pintu gerbang salah satu warga.
Usai
melantunkan tembang Tatu yang syahdu mengiris
kalbu itu, salah satu vokalisnya, Ikhsan, langsung ditodong DIPLOMASINEWS.NET
dan berucap bahwa apa yang dilakoni bersama konco
– konco sebagai pengamen itu benar –
benar hanya untuk mengamen.
Artinya,
lanjut Ikhsan, bahwa apa yang dilakoninya itu semata – mata karena memang mereka
memiliki hobi berkesenian, yaitu bernyanyi yang dipositifkan untuk ‘mengais’
nafkah dengan cara door to door,
dari pintu ke pintu menjajakan lagu.
“Mengamen
bukan hina, bukan nista, dan bukan dosa. Yang penting tak menabrak hukum yang
ada,” ucap Ikhsan diplomatis ketika menjawab DIPLOMASINEWS.NET sembari
menenteng gitar bolongnya, Selasa, 22 September 2020.
Masih
ucap Ikhsan, bahwa apa yang dijalani mereka dengan menyusuri jalanan mengais
nafkah lewat tembang – tembang dari pintu ke pintu itu secara financial bisa
dinikmati dan disyukuri. Ucapnya lagi, apa artinya dapat duit sekarung tetapi
dari hasil merampok yang bukan haknya.
“Alhamdulillah, hingga sore ini kami bisa
mengantongi antara tiga hingga empat ratus ribu rupiah, kok,” aku Ikhsan jujur.
Akunya
lagi, bahwa empat kawanan pengamen yang menamakan diri mereka ‘pengamen
misterius’ itu tak hanya mandeg di
dunia ngamen model offline seperti itu saja. Tetapi, akunya
lagi, mereka juga sangat ingin bernyanyi lewat online, seperti di YouTube
.
Hari
semakin senja, empat kawanan pengamen itu menyusuri jalanan basah. Mengetuk
pintu gerbang dan mengetuk pintu hati sembari meng – genjreng gitar lewat tembang Tatu.
Mereka
berajak pergi dan suara ritmis mereka pun masih sayup terdengar hingga di ujung lorong. Tatu sing ono dodo perih rasane, yen eling
kowe.
Onliner
: roy enhaer
Publisher
:
oma prilly
Source
: diplomasinews.net