‘Menjegal’ Sebelum ‘Terjegal’
http://www.diplomasinews.net/2020/09/menjegal-sebelum-terjegal.html
Roy Enhaer |
PEMILIHAN kepala daerah [ pilkada ] di
Banyuwangi dan wailayah – wilayah lain di negeri ini akan terus berjalan menuju
ke titik peristiwanya, yakni pada 9 Desember 2020, nanti.
Dan, para petarung yang akan bertarung
di gelanggang coblosan bupati nanti
sudah jelas dan terang benderang profil dan sosoknya. Jutaan rakyat di
Banyuwangi sudah sangat paham siapa para kandidat itu. Dari mana mereka
berasal. Sudah terbaca gender mereka.
Seperti apa dan sejauh mana kompetensi dan kualitas kerakyatan mereka.
Bahkan, jutaan rakyat di kabupaten ini
pun sudah paham seberapa pundi – pundi financial
mereka demi ongkos demokrasi ‘perebutan’ pemimpin selevel bupati. Rakyat juga
sangat mengerti bahwa tariff atau bandrol untuk memenangi dan kemudian
menduduki kursi di pendopo itu benar –
benar high cost, berbiaya tinggi. Bukankah sesungguhnya bahwa realitas biaya
operasional pesta demokrasi di negeri ini sangat mencekik leher?
Rakyat juga sudah sangat paham pesta
demokrasi adalah peristiwa menang dan kalah atas hasil pertarungan di atas ring
nanti. Jika tidak berhasil menang pasti tumbang menjadi pecundang.
Jutaan rakyat di Banyuwangi tidak
sangat mementingkan siapa nanti yang bakal memenangi dan berhasil menggendong
kursi bupati. Terserah dengan modus dan cara apa untuk bisa menjadi bupati.
Rakyat di kabupaten ini sudah sangat
mafhum dan paham bahwa pertarungan politik itu tidak mengenal rumus teman dan
lawan abadi. Yang berlaku hanya kepentingan sesaat dan nafsu abadi. Politik adalah
lapangan luas dan bebas sebagai arena pertarungan, gulat bebas, penjegalan,
penikaman, dan bahkan bisa beujung pada pembantaian.
Dalam konteks pilkada di Banyuwangi,
jutaan rakyat berharap dan kepingin
agar siapa pun bupatinya nanti untuk tidak menjegal, membantai, dan menikam
rakyatnya.
Silakan para kandidat pilkada Banyuwangi
itu kini berupaya saling jegal menjegal. Bukankah lebih baik menjegal lebih
dulu dari pada terjegal kemudian?
©roy enhaer
Sarongan, Banyuwangi, Minggu, 20
September 2020.