Menikmati ‘Nikmatnya’ Nikmat di Puncak Kenikmatan


Roy Enhaer
Coblosan bupati di Banyuwangi tinggal menunggu beberapa jengkal bulan lagi. Tepatnya, jika memang tidak ada jadual mundur pasti akan digelar pada sembilan Desember dua ribu dua puluh, nanti.

Meski belum mendapatkan nomor urut punggung dari pihak pemborong pilkada, tapi secara de facto sudah sangat cetha dan jelas bahwa para petarung yang akan ‘gelut’ di atas ring pilkada nanti hanya dua pasang calon saja. Yakni, sosok perempuan yang tak lain istri dari bupati Banyuwangi yang hampir incumbent.  Dan, ‘penantang’ nya adalah juga orang dekat sendiri, yaitu wakil bupatinya.

Alhamdulillah, saya bersyukur hingga detik ini belum mengidap penyakit pikun. Gendang telinga saya masih cukup sensitive jika mendengar frekuensi suara gremanggremeng dan bisik – bisik tetangga di jalanan tentang pilkada yang akan digelar awal Desember di Banyuwangi, nanti.

Dan, salah satu contoh suara yang terdengar di jalanan adalah, lha iya, lha wong sudah dua kali rezim kok ya masih saja nyurung - nyurung ‘anunya’ untuk berlaga di atas ring politik demi meraup seonggok kursi panas dan selembar red carpet di pendapa. Kemudian, suara yang lain juga terdengar bahwa wong sudah dua kali sebagai nomor dua kok ya masih saja kepingin menjadi nomor satu. Itulah dinamisme dan romantisme perebutan power di jagat politik. Siapa pun manusianya, secara konstitusional berhak untuk memilih dan dipilih. Dan, bahkan bisa saja terjadi untuk tidak ada yang memilih sama sekali.

Pertanyaannya, jika disimulasikan model kuliner, disebut apakah jika perut kita sudah kenyang menikmati sega pecel dua piring tetapi esok pagi masih saja imbuh sepiring lagi sega rawon? Itulah nikmatnya jika nafsu makan kita sedang berada di titik puncak kenikmatannya.

Lalu, sanggupkah para penikmat nafsu itu jika sudah lungguh di singgasana atau singgasini nanti bersedia mengelola nafsu itu tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi dirubah nafsu positif untuk jutaan rakyat yang dengan ikhlas telah mencoblos di TPS kemudian mengantarkannya menjadi orang penting di kabupaten, ini?

Sanggupkah para pemburu nafsu itu merubah nafsu makan menjadi nafsu kerakyatan yang totalitasnya bisa dibuktinyatakan ketika sudah merengkuh dan menggendong jabatan nanti?

Sanggupkan para penafsu makan itu untuk menahan lapar barang sejenak sebelum jutaan rakyat di kabupaten ini terisi perutnya karena menunggu antre sembako plus lauk sepotong tempe dan sayur manisah di pendapa desa mereka?

Dan, sebelum jutaan rakyat itu kenyang perutnya, sanggupkah para pengabdi nafsu itu menunggu njanggruk duduk di samping rakyat yang tengah menikmati sega pecel hingga selesai kemudian gelegeken? 

Ataukah para maniak nafsu itu lebih memilih pilihan hidup mereka dengan jargon, menikmati ‘nikmatnya’ nikmat di puncak kenikmatan?

©roy enhaer
Banyuwangi, Minggu, 13 September 2020.

Related

Cover Story 4230753242140969530

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item