Anak Tersayang di ‘Ujung Pedang’


Roy Enhaer
ISMAIL muda tumbuh menjadi anak penuh abdi sekaligus berbakti pada ayahandanya, yaitu Nabi Ibrahim. Juga totalitas dan kualitas imannya pada Allah SWT begitu dahsyat seperti ayahandanya.

Nabi Ibrahim amat sangat menyayangi Ismail, putranya. Ismail muda itu pun mencintai penuh bakti pada ayahandanya. Tapi, ketika gugusan cinta antara anak-bapak itu menggumpal dan bersenyawa, Allah SWT memberikan ‘ujian’ dan ‘adu nyali’ yang teramat berat buat mereka. Ujian yang mampu membetot jantung hati setiap manusia di kolong jagat ini.

‘Ujian’ itu adalah perintah Allah SWT buat Nabi Ibrahim dan Ismail. Perintah agar seorang ayah untuk ‘penggal’ leher anak semata wayang yang dicintainya. Anak kinasih belahan jantungnya. Betapa pedih perih hati Nabi Ibrahim. Dengan hati sedih bahwa perintah ‘eksekusi’ oleh Allah itu ia sampaikan pada Ismail. Apa yang terjadi atas peristiwa haru biru antara anak dan bapak itu?

Astaghfirullah! Justru Ismail mempersilakan agar ‘pemancungan’ atas dirinya itu disegerakan. Baginya, itu adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ismail menyuruh ayahandanya untuk melaksanakan perintah_Nya itu sesegera mungkin untuk memisahkan kepala dan tubuhnya. la berserah diri kepada Allah dan berharap menjadi bagian dari kelompok orang-orang yang bersabar.

Hingga di ujung usia senjanya, Nabi Ibrahim baru bisa mendapatkan keturunan, yaitu Ismail, anak laki-laki semata wayangnya. Ibrahim adalah nabi. Ia tak pernah ragu menjalankannya atas semua perintah_Nya. Ismail pun begitu sabar dan ikhlas menerima perintah Allah SWT.

Penuh haru. Kedua lelaki anak dan bapak yang hebat penuh kesabaran itu bergegas mencari tempat yang tepat untuk melakukan penyembelihan. Tubuh Ismail dibaringkan di atas bebatuan yang rata dan halus. Agar Nabi Ibrahim tak melihat wajah terakhir anak kinasihnya, sepotong kain ditutupkan pada wajah Ismail.

Tepat ketika tajamnya pedang hampir menyentuh leher Nabi Ismail, malaikat Jibril segera ‘membarter’ Nabi Ismail dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Tajamnya pedang Nabi Ibrahim pun akhirnya memenggal leher domba itu.

Peristiwa kemanusiaan yang sanggup meluluhtantakkan jantung dan ulu hati inilah awal dari perintah penyembelihan hewan kurban pada setiap Idul Adha. Kisah nyata yang sarat dengan kesabaran, ketakwaan, kekokohan dan keteguhan iman dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika menjalankan perintah Allah SWT.

Bagaimana dengan kita yang hidup di zaman android, di era milenial dan di peradaban digital seperti sekarang ini?

Sanggup dan bersediakah hari ini kita meneladani, mempraktikkan sekaligus mengaplikasikan sikap hidup dua nabiyyullah itu? 

@roy enhaer
Banyuwangi, Dzulhijjah, Jumat, 31 Juli 2020

Related

Cover Story 2743706941570475400

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item