Ketua ASKAB, Anton : Tak Hanya ‘Ngurus’ Dana dan Nominal, Tapi juga Soal Kultural
http://www.diplomasinews.net/2020/06/ketua-askab-anton-tak-hanya-ngurus-dana.html
DIPLOMASINEWS.NET_BENCULUK_BANYUWANGI_Siang
itu, 22 Juni 2020, destinasi wisata De
Djawatan di Desa Benculuk,
Banyuwangi, itu terasa berbeda. Pasalnya, seluruh kepala desa se Banyuwangi
yang terhimpun dalam asosiasi kepala desa [ ASKAB ] tersebut tumplek blek menggelar acara bertajuk : Konsolidasi Akbar dan Halal bi
Halal.
Acara
yang dikemas penuh kekerabatan itu dihadiri bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas dan seluruh jajaran forpimda Banyuwangi.
Tepat
pukul 13.15 WIB, acara yang digagas asosiasi kepala desa se – Banyuwangi, itu ceremonial opening – nya diawali dengan munggah
– nya ketua asosiasi kepala desa [ ASKAB ], Anton Sujarwo, di atas mimbar.
Di
atas mimbar, Anton yang juga kepala desa Aliyan itu mengajak seluruh kepala
desa se – Banyuwangi agar selalu bekerja keras dan cerdas, juga penuh semangat
dalam melayani hajat hidup segenap warga di desanya masing – masing.
Lebih
dari itu, di ujung lontaran pidatonya yang ‘tajam’ itu, Anton mengharap dengan
sangat kepada bupati agar jangan ‘memangkas’ alokasi dana desa [ ADD ] yang
sesungguhnya menjadi ‘nafas’ seluruh desa se – Banyuwangi, itu. Aplaus seluruh kades pun menggema atas ‘keberanian’ pidato substansial ketua ASKAB
tersebut.
Sementara
itu, ketua ASKAB, Anton Sujarwo, ketika di - interview
DIPLOMASINEWS.NET usai acara mengatakan bahwa gelaran konsolidasi dan halal bi
Halal di wisata De Djawatan, di Benculuk,
yang penuh persaudaraan seluruh kades
se - Banyuwangi itu dinilai cukup sukses.
Masih
kata Anton, untuk mengundanghadirkan para kades
se – Banyuwangi, itu ternyata bukan pekerjaan gampang. Pasalnya, para kades tersebut hampir tidak pernah bisa
menyisihkan waktu karena kesibukan mereka.
“Betapa
pun, acara kali ini saya anggap sukses. Karena hampir sembilan puluh persen temen – temen kades telah hadir di acara akbar ini,” ucap Anton bangga
ketika diwawancarai DIPLOMASINEWS.NET, Senin, 22 Juni 2020.
Ketika
DIPLOMASINEWS.NET mencecar pertanyaan seputar pidato pamungkasnya soal ‘kurang
setuju’ atas ‘pemangkasan’ dana ADD tersebut, Anton menjawab dengan tegas dan
lugas.
Menurut
Anton, jika dana tersebut benar – benar ‘dicuil’ keutuhannya pasti akan berefek
panjang dan berderet – deret di dalam pemerintahan desa.
Jika
‘pemangkasan’ ADD itu benar – benar terjadi, kata Anton, pasti akan berefek
meluas, panjang, berderet – deret kemudian berpengaruh atas berkurangnya
penerimaan tunjangan terhadap kepala desa, BPD, hingga RW dan RT.
“Seluruh
perangkat desa akan terdampak jika pemangkasan dana itu benar – benar terjadi.
Dampaknya akan terasa mulai dari tunjangan kades,
BPD hingga RW dan RT,” ucap Anton lugas ketika diwawancarai DIPLOMASINEWS.NET,
usai acara akbar, itu, Senin, 22 Juni 2020.
Lebih
jauh, ketua ASKAB tersebut mengatakan bahwa tugas pokok dan fungsi dirinya
sebagai ketua asosiasi kades se –
Banyuwangi itu, sesungguhnya tidak sekadar ‘ngurusi’ gelontoran dana dan dana saja.
Masih
ucap Anton, bahwa seluruh kades se -
Banyuwangi yang terhimpun dalam asosiasi tersebut sesungguhnya tupoksi mereka lebih luas cakupannya.
Tupoksi
para kades, lanjut Anton, tidak
sekadar soal urusan birokrasional saja, tetapi seorang kades juga harus paham
soal cultural di tengah masyarakatnya
yang heterogen dan krusial.
“
Lebih – lebih di tengah pandemic
COVID-19, seperti sekarang ini. Hampir seluruh persoalan yang menyangkut kerakyatan,
semua muaranya di pemerintahan desa,” terang Anton yang juga kepala desa Aliyan, itu, serius.
Masih
terang Anton, seorang kades di
samping sebagai ujung tombak, di sisi lain juga bisa menjadi ujung tombok, dan bahkan ujung ‘tembak’ atas
kesibukannya sebagai orang nomor satu dan ‘pelayan’ rakyat di desanya.
“Jangan
pernah sekali pun ‘menuduh’ bahwa seorang kades
bisanya hanya ngutak – ngatik urusan gelontoran dana dan dana
saja,” tegas Anton.
Tegasnya
lagi, seorang kades sesungguhnya
urusannya teramat kompleks. Semua problematika rakyat di desa selalu ‘ditabrakkan’
lebih dulu di meja kepala desa. Mulai dari urusan warga melahirkan, kemiskinan,
keterdampakan wabah Corona, keamanan
dan keselamatan bahkan tuntutan kesejahteraan warga, hingga kematian dan lain –
lain yang bersifat emergency.
“Tak
hanya urusan birokrasional dan nominal. Tetapi seorang kades tak boleh abaikan soal sosio
– cultural di tengah – tengah problematika
warganya,” pungkas ketua ASKAB itu ketika menyudahi wawancaranya bersama DIPLOMASINEWS.NET,
usai acara konsolidasi akbar di destinasi wisata De Djawatan, Senin, 22
Juni 2020.
Onliner : oma prilly/nanang susanto
Editor : roy enhaer
Source : diplomasinews.net