Pemuda ‘Dikeruyuk’ Massa, hingga Kepala ‘Pecah’ dan Koma
http://www.diplomasinews.net/2020/05/pemuda-dikeruyuk-massa-hingga-kepala.html
TEMPAT
KEJADIAN PENGEROYOKAN [ TKP ] : Di sekitar tempat inilah, kedua korban Dio dan
Huda, dijadikan ‘sansak’ hidup oleh para pengeroyok beringas itu. [ image : roy
enhaer/diplomasinews.net ]
|
DIPLOMASINEWS.NET_BAGOREJO_SRONO_BANYUWANGI_Di
tengah wabah Coronavirus yang
menghajar bangsa ini, ternyata masih ada peristiwa penghajaran dan keberingasan
diduga dilakukan kelompok pemuda Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Banyuwangi,
Jawa Timur, pada Kamis, 30 April 2020, dini hari.
Korban
keberingasan tersebut bernama Huda, 16 tahun, kelas dua di salah satu SMK, dan
Dio, 18 tahun, telah lulus SMK. Keduanya tercatat sebagai warga Desa Bagorejo,
Kecamatan Srono, Banyuwangi. Dan, tempat kejadian perkara [ TKP ] pengeroyokan
atas dua korban tersebut terjadi di salah satu destinasi kuliner di Desa
Rejoagung.
Hasil
investigasi DIPLOMASINEWS.NET, di lapangan bahwa korban bernama Huda, kini
dalam kondisi kritis dan dirawat di salah satu rumah sakit di kawasan Genteng,
Banyuwangi.
Tak
hanya kritis, tetapi pihak medis tengah berjibaku menyelamatkan nyawa korban dengan
melakukan tindakan operasi tempurung kepala. Pasalnya, hasil foto scaning bahwa organ otak di kepalanya
telah mengalami penggumpalan darah akibat pengeroyokan itu.
‘DIUNCALNE’
KE SUNGAI : Dio adalah sahabat Huda. Dia salah satu korban pengeroyokan massa
beringas di Desa Rejoagung, itu. [ image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
Sementara
itu, salah satu korban
‘pembantaian’
yang berhasil selamat, Dio, ketika dijumpai DIPLOMASINEWS.NET, berkata blak – blakan, lugas, jujur dan apa adanya. Jelentreh, Dio, ketika itu sekira pukul 01. 30 WIB, dini hari,
Kamis, 30 April 2020, ia bersama korban Huda berboncengan sepeda motor hendak
membeli camilan di salah satu warung
di desanya.
Ketika
korban Dio dan Huda menuju warung yang dituju, mereka melintas di depan
sekelompok orang yang tengah malakukan ronda malam, tepatnya di kawasan
destinasi wisata kuliner di Desa Rejoagung.
Lanjut
Dio, ketika tepat di depan kelompok orang tersebut dia bersama Huda langsung
dihajar sekira 20-an orang sambil membawa pentungan tanpa alasan yang jelas. Masih lanjutnya, tanpa
pertanyaan ba – bi – bu, dirinya lebih
dulu ‘dikepruk’ kepalanya kemudian dijadikan sansak hidup dan bulan – bulanan oleh keberingasan mereka.
Dan,
detik – detik aksi penghajaran, dia sempat mendengar kalimat dari kelompok
orang beringas itu, lha iki areke, langsung crok. Kemudian, bag – bug, bag – bug hingga Dio dan Huda babak belur berberdarah –
darah dihajar massa beringas itu.
“Saya
dan Huda dihajar di tempat berbeda oleh orang yang jumlahnya sekitar 20-an itu,”
jelasnya blak – blakan ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di rumahnya, Sabtu, 02 Mei
2020.
Lanjutnya,
entah sudah berapa kali kepalan tinju para pengeroyok itu mendarat di wajah dan
sekujur tubuhnya. Tak hanya puas sampai di situ, puncak keberingasan mereka, dirinya
akhirnya ‘diuncalne’ ke tengah sungai
yang berada di dekat TKP.
Masih
terangnya, tiba – tiba dia tersadar telah berada di tengah sungai akibat
pengeroyokan yang dilakukan puluhan orang, tersebut. Saat itu juga, dia
merangkak dari dalam sungai dengan menggapai – gapai menuju daratan di atasnya.
Sesampai
di atas daratan, dia berusaha mencari tahu atas ‘nasib’ sahabatnya, itu. Dengan
tenaga yang masih tersisa, dirinya mendapati Huda dalam keadaan ‘ndelosor’
tengkurap dengan tubuh bersimbah darah bercampur lumpur.
Ucapnya
lagi, dengan melihat luka parah di bagian belakang kepala yang terus mengeluarkan
darah segar, tersebut, Huda seperti ‘dijojoh’ benda tajam semacam kontak
kendaraan bermotor.
“Setelah
saya berhasil ‘mberangkang’ keluar dari dalam sungai, saya mendapati Huda
sedang ‘murep’ dengan tubuh penuh darah yang kentel bercampur lumpur. Tapi kepalanya sedikit ‘ndengongok’ ke
atas,” ucapnya sembari menerawang.
SESAK
DI DADA : Jemingan, ayah Huda tak bisa berbuat banyak atas biaya rumah sakit
anaknya yang kini sedang tergeletak usai diopersai ‘batok’ kepalanya itu. [
image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
Lanjutnya,
dengan tenaga yang masih tersisa dan tubuh terhuyung, dirinya masih bisa
menaiki sepeda motor untuk membawa pulang Huda yang sudah sekarat, itu. Dan, saat itu juga, dia masih bisa memboncengnya
menuju pulang dengan bersandar di punggungnya.
Ketika
DIPLOMASINEWS.NET, mempertanyakan apakah kasus keberingasan dan kebiadaban yang
menimpa dirinya dan sahabatnya itu, sudah ‘diurus’ serius pihak aparat terkait?
“Sudah.
Saya sudah dipanggil di mapolsek Srono, kok.
Saya juga sudah dimintai keterangan sekitar belasan pertanyaan oleh polisi,” pungkas
Dio, ketika mengakhiri wawancaranya bersama DIPLOMASINEWS.NET, di rumahnya,
Sabtu, 02 Mei 2020.
Di
tempat lain, kesedihan pun tak bisa disembunyikan oleh Jemingan, ayah kandung Huda
ketika dijumpai DIPLOMASINEWS.NET, di ruang tamu rumahnya, di Desa Bagorejo,
Kecamatan Srono, Banyuwangi, itu. Dan, tangisnya yang seharusnya tumpah itu hanya
disimpan saja di rongga dadanya.
Ucap
Jemingan, dirinya sudah tak bisa berbuat banyak terkait anaknya yang kini
tergeletak lunglai di ruang ICU di rumah sakit.
‘DIWADULI’
WARGA : Mubin, kadus Sumbergroto, Desa Rejoagung, hanya dilapori warga atas
peristiwa pengeroyokan, itu. [ image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
“Anak
saya salah apa? Ini urusan nyawa, Kenapa menjadi korban keberingasan orang –
orang yang tak berperikemanusian itu?” ucap Jemingan terbata – bata ketika
dijumpai DIPLOMASINEWS.NET, di ruang tamunya yang tanpa kursi itu, Sabtu, 02 Mei
2020.
Dan,
dengan mata berkaca – kaca, Jemingan semakin bingung harus berbuat apa atas
biaya pengobatan dan perawatan anaknya yang kini masih belum tersadar dan
tergeletak berpejam mata di rumah sakit itu.
Di
tempat terpisah, Mubin, kepala Dusun Sumbergronto, Desa Rejoagung, Kecamatan
Srono, Banyuwangi, tersebut, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, memembenarkan
bahwa pada Kamis, 30 April 2020, dini hari, itu telah terjadi tindak kekerasan
dengan pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh sekelompok orang, tepatnya di
kawasan destinasi wisata kuliner di Desa Rejoagung.
“Saya
tidak tahu persis peristiwa aksi pengeroyokan itu. Saya saat itu ditelepon oleh
warga, kemudan langsung ke TKP,” kata kadus
tersebut ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di rumahnya, Sabtu, 02 Mei 2020.
Onliner
: oma prilly
Editor : roy enhaer