Ndrenginging


©roy enhaer
Jujur, saya hari – hari ini sudah sangat mbelenger atau bosan menulis terus – terusan tentang bencana alam pandemic Coronavirus dan imbasnya di negeri ini. Dan, lebih eneg lagi ketika nulis begitu banyak berseliweran bantuan sosial yang lalu lalang mengalir deras kepada warga yang terdampak akibat ‘pernyakit’ virus misterius dari kampung Wuhan, Tiongkok, itu.

Akhirnya, demi membunuh kebosanan menulis berita dan peristiwa seperti itu, saya coba membidik angle lain, sudut dan mata pandang lain yakni tentang jalan lobang dan sekaligus lobang berjalan alias infrastruktur jalan yang tergerus ketika musim hujan tiba di kabupaten ini.  

Saya coba sedikit ngoceh undang – undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya [ LLAJ ], pasal 273 yang berbunyi bahwa penyedia sarana jalan baik di jalan nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota wajib menyediakan jalan dengan kondisi baik sehingga memungkinkan terselenggaranya keselamatan di jalan.

Dan, selain itu, Bab XI dalam UU itu sangat jelas mensyaratkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Kemudian jika kemungkinan ada pihak yang menggugat, logikanya gugatan itu paling tepat dialamatkan kepada pemerintah, yakni menteri pekerjaan umum untuk sarana jalan nasional, gubernur untuk jalan provinsi, dan walikota – bupati untuk akses jalan kota dan kabupaten.

Dalam konteks akses jalan di atas, ternyata sangat relevan dengan true story Khalifah Umar bin Khattab di era pemerintahannya. Dikisahkan,
meski Umar bin Khattab terkenal tegas sikapnya dan tegar hatinya itu tiba – tiba menangis sesenggukan dan sangat terpukul oleh informasi yang disampaikan ajudan via pesan whatsapp - nya.

Pesan WA tersebut terlulis bahwa di salah satu akses jalan di kota Irak telah terjadi insiden seekor keledai kejlungup atau tergelincir kakinya lalu jatuh ke jurang akibat fasilitas jalan yang dilewatinya rusak dan berlobang – lobang. Sedih hatinya dan menangislah Khalifah Umar bin Khattab itu meski berjuluk ‘Singa Padang Pasir’.

Datanglah ajudan itu di ruang kerja sang Khalifah kemudian berucap, bukankah yang terperosok jatuh ke jurang dan akhirnya mati itu hanyalah seekor keledai belaka? Jawab khalifah serius sembari menahan amarah, apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah SWT ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?

Lanjut Khalifah, jika seekor keledai terperosok di Kota Bagdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah SWT, mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?.

Bahkan dalam narasi lain, Khalifah Umar bin Khattab dengan hati getun atau menyesali atas kepemimpinannya dengan njentusnjentus – kan, membenturkan kepalanya ke dinding karena mendengar kabar fakta dan valid bahwa di salah satu ruas jalan di wilayah hukumnya telah terjadi insiden seekor keledai nyungsep di jalan raya yang berlobang hingga mati di tempat kejadian perkara [ TKP ].

Kemudian, apa yang mesti kita petik pelajaran di balik peristiwa nyata ketika Khalifah Umar bin Khattab menduduki kursi pemerintahan di eranya? Sanggupkah para pemimpin di negeri ini meng – copy paste spirit khalifah berjuluk ‘singa padang pasir’ itu mulai dari sosok presiden, gubernur, walikota, dan bupati menangkap moral force, kekuatan moral sekaligus mengaktualisasikan, mempraktikkan, dan mengaplikasikannya hari ini senyampang belum purna atau didepak dari kursi politik sebagai pemimpin jutaan rakyat itu?

Sanggupkan seorang ‘bupati’ di negeri ini menangis ndrenginging, sesenggukan karena meratapi ada salah satu rakyatnya berkendara motor yang kejeglong di lobang menganga ketika hujan deras di jalan raya yang tak pernah terurus dan ditambal aspal itu?

Sanggupkah seorang ‘bupati’ untuk tidak memandang rendah rakyat yang terperosok di lobang jalanan dibanding betapa bernilainya seekor keledai yang tergelincir ketika di era Khalifah Umar bin Khattab?

Senyampang masih bulan Syawal, utamanya buat para pemimpin di negeri ini yang digaji dan diongkosi hidupnya oleh rakyat itu. Kemudian, belajarlah menangis ndrenginging demi hajat hidup rakyat banyak jika kau benar – benar seorang pemimpin. Dan, silakan saja jika kelak kau tak ingin ditagih setiap hurup atas kepemimpinanmu.

Akhirnya, adakah hari ini para pemimpin di negeri ini yang sanggup meniru moralitas Sang Khalifah itu dan berani sekaligus bernyali bentur - benturkan endhas ke tembok pendopo ketika merasa salah urus bahkan sengaja disalah - salahkan dan tak becus mengelola hajat hidup jutaan rakyat mereka? 

@roy enhaer
Banyuwangi, Syawal, Minggu, 31 Mei 2020.

Related

Cover Story 7649621562093979309

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item