Memasyarakatkan ‘Kenthongan’ dan Mengenthongkan Masyarakat
http://www.diplomasinews.net/2020/05/memasyarakatkan-kenthongan-dan.html
DIPLOMASINEWS.NET_DAM
KOPERAN_RINGINTELU_BANYUWANGI_Sudah terlalu lama bangsa ini melupakan peradaban dan budaya
menabuh kenthongan. Yaitu benda yang lazim
dan biasanya digantung di pojok pendopo desa terbuat dari kayu utuh yang di
bagian dalamnya berongga.
Dan,
kini di era modern yang serba digital ini kenthongan
semakin terpinggirkan dan tidak difungsikan kefungsiannya karena memang telah
tergantikan fungsinya oleh benda ajaib bernama, telepon genggam smart.
Ketika
DIPLOMASINEWS.NET menanyakan perihal kenthongan
yang digantung di kawasan destinasi wisata Dam
Koperan, tepatnya di Dusun Yudomulyo,
Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, tersebut, kepada pengelolanya,
Gus Memet, bahwa kenthongan salah
satu fungsi utamanya sebagai alat memanggil warga di wilayah sekitarnya, juga
sekaligus tengoro atau tanda peringatan
dini jika di wilayah tersebut terjadi emergency
atau kedaruratan sosial.
KENTHONGAN
TIDAK HOAX : Ujar Gus Memet bahwa kenthongan itu tidak pernah mengabarkan
berita hoax ketika ditabuh. [ image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
“Sebagai
contoh, jika kenthongan itu ditabuh
bertalu – talu tanpa henti, artinya terjadi kebakaran. Pasalnya, bunyi kenthongan yang ditabuh itu berkata jujur,”
terang Gus Memet ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di wisata Dam Koperan,
pukul satu dini hari, Sabtu, 08 Mei 2020.
Lebih
lanjut ia menjelaskan, bahwa kenthongan
yang kini oleh generasi zaman now menyebutnya
sudah ‘ora njamani’ atau tidak relevan lagi dengan perkembangan era canggih dan
peradaban digital.
Tetapi,
lanjut Gus Memet, bahwa alat canggih seperti smartphone tersebut juga teramat banyak kelemahannya jika tidak difungsikan
sebagai mana fungsinya.
“Contohnya
lagi, ketika banyak isu maling seperti sekarang ini, justru fungsi smartphone itu lebih gampang memproduksi
dan sering mengabarkan berita hoax,
atau kabar bohong,” terang Gus Memet.
Masih
terangnya, dirinya tidak sedang mempetarungkan siapa yang kalah dan siapa yang
menang antara smartphone dengan kenthongan kayu yang digantung di Dam Koperan,
itu. Karena, lanjutnya lagi, pada setiap zaman selalu diwakili oleh sesuatu
yang baru. Artinya, pada peradaban masa lalu diwakili oleh kenthongan kayu, dan di era digitalisasi seperti sekarang ini diwakili
oleh teknologi smartphone.
Masalahnya,
terangnya lagi, baik kenthongan maupu smartphone
fungsi utamanya adalah sebagai alat woro
– woro atau sarana informasi agar
berita itu tersampaikan ke telinga public
dengan benar, tepat, dan bertanggung jawab.
“Saya
pikir tak ada salahnya jika saya katakan dengan kalimat, memasyarakatkan kenthongan dan mengenthongkan
masyarakat,” pungkas Gus Memet, mengakhiri wawancaranya bersama
DIPLOMASINEWS.NET, Sabtu, 08 Mei 2020, dini hari.
Onliner : roy enhaer/oma prilly