Tiba - tiba ‘Merakyat’ ketika Rakyat Sudah ‘Sekarat’


@roy enhaer
PANDEMI Corona yang telah meluluhlantakkan dan melumpuhkan negeri Nusantara, ini, sesungguhnya bisa menjadi pelajaran berharga, utama bagi para pejabat pengelola Negara di negeri ini. Tugas utama mereka sesungguhnya tidak ada yang lain selain ‘ngurus’ keselamatan, dan kesejahteraan rakyatnya.  

Dan, bencana nasional pandemic COVID-19, itu sesungguhnya juga menawarkan keseriusan pada para pejabat untuk benar – benar ‘ngopeni’, menyintai, mengasihi dan menyayangi atas rakyat yang dirakyatinya.

Ketika hari – hari ini bahwa para pejabat tersebut lagi semangat-semangatnya  ‘ngopeni’ rakyat atas wabah Coronavirus di negeri, ini, toh mereka hanya bemodalkan kemauan saja. Bukankah segala ongkos operasionalnya itu juga berasal dari duit rakyat dan bukan dari kantong pribadi pejabat? Bukankah duit untuk menghalau Coronavirus itu semuanya milik rakyat yang selama ini dipinjamkannya?

Kita tak menutup mata dan sangat apresiatif atas kerja keras dan kerja cerdas para pejabat dalam mengantisipasi sebaran virus mematikan itu. Tapi, jika hari – hari ini masih ada pejabat kebingungan dan penuh kepanikan atas mewabahnya wabah COVID-19, tersebut, jangan – jangan hanya ‘pura – pura’ kebingungan saja.

Bukankah besok pagi ketika Coronavirus itu telah ‘minggat’ dari negeri ini, akhirnya bisa ‘diiriskan’ dari dana rakyat yang beragram program dengan bermilyar dan bertrilyun-trilyun rupiah itu?

Kami sebagai rakyat yang dirakyati oleh pemimpin rakyat tersebut, berharap agar pejabat untuk tidak usah panic dan pusing kepala berlebihan. Saran rakyat, tugas pokok sebagai pajabat di level mana pun di negeri ini, hanya cukup bermodalkan semangat dengan semprot sana guyur sini, cuci tangan dan tutup mulut. Itu saja.

Dan, selebihnya tugas pokok dan fungsi atas kepejabatan para pejabat itu harus lebih sering ‘merakyat’ di tengah-tengah kepanikan rakyat. Bukankah selama ini para pemimpin itu tak pernah ‘ngurus’ keselamatan dan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya? Tetapi hanya ‘ngopeni’ perut mereka, kolega, partai, sibuk ‘ngurus’ dinasti, grup WA, dan geng mereka sendiri?

Tapi kini, gegara mewabahnya wabah COVID-19 yang memanikkan dan merepotkan, itu, akhirnya mereka terpaksa sibuk mloyamlayu harus ‘ngopeni’ rakyat yang dipimpinnya. Bukankah itu lagu lawas dan klasikal yang sangat sering terjadi di negeri ini?

Wabah COVID-19 yang tengah mewabah di bumi Indonesia ini, merupakan sebuah momentum bagi para pejabat untuk melakukan aksi ‘merakyat’ dan senyampang Coronavirus itu belum minggat.

Para pejabat sebaiknya tak usah bermarah – marah dulu ketika rakyat melafalkannya dengan kalimat, bahwa para pejabat itu ‘ujug-ujug’ dan tiba-tiba berlaku ‘merakyat’ ketika ratusan rakyat sudah ‘sekarat’.

Bahkan semakin hari mata pencaharian rakyat juga semakin sekarat. Bukankah sesunggunya rakyat sudah sangat ‘manut’ untuk patuh pada aturan main agar belajar dari rumah, bekerja di rumah, dan beribadah pun dari rumah?

@roy enhaer
Banyuwangi, Selasa, 14 April 2020.

Related

Cover Story 3447344412899208054

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item