Tiba - tiba ‘Merakyat’ ketika Rakyat Sudah ‘Sekarat’
http://www.diplomasinews.net/2020/04/tiba-tiba-merakyat-ketika-rakyat-sudah.html
@roy enhaer |
PANDEMI Corona
yang telah meluluhlantakkan dan melumpuhkan negeri Nusantara, ini, sesungguhnya
bisa menjadi pelajaran berharga, utama
bagi para pejabat pengelola Negara di negeri ini. Tugas utama mereka
sesungguhnya tidak ada yang lain selain ‘ngurus’ keselamatan, dan kesejahteraan
rakyatnya.
Dan, bencana nasional pandemic COVID-19, itu sesungguhnya juga menawarkan keseriusan pada
para pejabat untuk benar – benar ‘ngopeni’, menyintai, mengasihi dan menyayangi
atas rakyat yang dirakyatinya.
Ketika hari – hari ini bahwa para pejabat
tersebut lagi semangat-semangatnya ‘ngopeni’
rakyat atas wabah Coronavirus di
negeri, ini, toh mereka hanya bemodalkan
kemauan saja. Bukankah segala ongkos operasionalnya itu juga berasal dari duit rakyat dan bukan dari kantong
pribadi pejabat? Bukankah duit untuk
menghalau Coronavirus itu semuanya milik
rakyat yang selama ini dipinjamkannya?
Kita tak menutup mata dan sangat apresiatif atas
kerja keras dan kerja cerdas para pejabat dalam mengantisipasi sebaran virus
mematikan itu. Tapi, jika hari – hari ini masih ada pejabat kebingungan dan
penuh kepanikan atas mewabahnya wabah COVID-19, tersebut, jangan – jangan hanya
‘pura – pura’ kebingungan saja.
Bukankah besok pagi ketika Coronavirus itu telah ‘minggat’ dari negeri ini, akhirnya bisa ‘diiriskan’
dari dana rakyat yang beragram program dengan bermilyar dan bertrilyun-trilyun
rupiah itu?
Kami sebagai rakyat yang dirakyati oleh pemimpin
rakyat tersebut, berharap agar pejabat untuk tidak usah panic dan pusing kepala berlebihan. Saran rakyat, tugas pokok
sebagai pajabat di level mana pun di negeri ini, hanya cukup bermodalkan semangat
dengan semprot sana guyur sini, cuci tangan dan tutup mulut. Itu saja.
Dan, selebihnya tugas pokok dan fungsi atas
kepejabatan para pejabat itu harus lebih sering ‘merakyat’ di tengah-tengah
kepanikan rakyat. Bukankah selama ini para pemimpin itu tak pernah ‘ngurus’
keselamatan dan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya? Tetapi hanya ‘ngopeni’
perut mereka, kolega, partai, sibuk ‘ngurus’ dinasti, grup WA, dan geng mereka sendiri?
Tapi kini, gegara mewabahnya wabah COVID-19 yang
memanikkan dan merepotkan, itu, akhirnya mereka terpaksa sibuk mloya – mlayu harus ‘ngopeni’ rakyat yang dipimpinnya. Bukankah itu lagu lawas dan klasikal yang sangat sering
terjadi di negeri ini?
Wabah COVID-19 yang tengah mewabah di bumi
Indonesia ini, merupakan sebuah momentum bagi para pejabat untuk melakukan aksi
‘merakyat’ dan senyampang Coronavirus
itu belum minggat.
Para pejabat sebaiknya tak usah bermarah – marah
dulu ketika rakyat melafalkannya dengan kalimat, bahwa para pejabat itu ‘ujug-ujug’
dan tiba-tiba berlaku ‘merakyat’ ketika ratusan rakyat sudah ‘sekarat’.
Bahkan semakin hari mata pencaharian rakyat juga
semakin sekarat. Bukankah sesunggunya rakyat sudah sangat ‘manut’ untuk patuh
pada aturan main agar belajar dari rumah, bekerja di rumah, dan beribadah pun dari
rumah?
@roy enhaer
Banyuwangi, Selasa, 14 April 2020.