Pemerhati Ilmu Hikmah, Dede : Virus Corona Didik Manusia Tingkatkan Kesadaran Spiritual
http://www.diplomasinews.net/2020/04/pemerhati-ilmu-hikmah-dede-virus-corona.html
DIPLOMASINEWS.NET_BANDUNG_Dunia
saat ini memasuki babak yang mengkhawatirkan. Setelah wabah virus Corona di Tiongkok mulai mereda,
sementara di belahan dunia lain sedang mengalami peningkatan jumlah yang
signifikan. Tidak hanya di Italia, Iran dan AS saja, tetapi juga terjadi di
Indonesia dan banyak negara lainnya.
Pandemi
COVID-19 ini memang tidak bisa dianggap enteng, sebab fakta menunjukkan bahwa
jumlah korban meninggal dunia pun terus meningkat. Tidak ada seorang pun yang
tahu pasti, kapan wabah ini akan berakhir. Banyak orang yang berkomentar dengan
segala opininya di media yang kadang satu sama lain informasinya berbeda
sehingga menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat awam. Semua seolah
menjadi pakar, dari pakar beneran
sampai pakar hoaks turut berkomentar.
Seorang
Pemerhati Ilmu Hikmah, Dede Farhan Aulawi yang ditemui DIPLOMASINEW.NET, di
Bandung, Selasa, 31 Maret 2020, mengatakan bahwa di balik setiap peristiwa, pasti selalu
ada ‘hikmah’ yang bisa dipetik sebagai pelajaran buat semua.
"
Hikmah tidak harus datang dari tertawa, sebab terkadang hikmah bisa muncul dari
setiap air mata. Artinya, di balik semua kejadian, kesedihan dan kekhawatiran
selalu ada hikmahnya. Hikmah tersebut boleh jadi tidak diketahui saat ini, tapi
mungkin akan dipahami di waktu yang akan datang ", ujar Dede ketika ber – face to
face dengan DIPLOMASINEWS.NET,
Selasa, 31 Maret 2020.
Namun
demikian, ujarnya lagi, secara kasat mata ada juga hikmah yang bisa diketahui
saat ini, seperti banyak orang yang mulai peduli dengan kebersihan dan
kesehatan. Di samping itu, ada waktu yang lebih banyak untuk membangun
interaksi keluarga. Mereka yang selama ini sibuk dengan pekerjaan di luar rumah,
dipaksa untuk tinggal dan bekerja di rumah, sehingga hubungan bathin antara
ayah, ibu dan anak semakin terjalin.
Di
samping itu, masih kata Dede, banyak juga melahirkan kesadaran spiritual ke
arah yang lebih baik. Sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara saja,
dan semua itu baik harta, jabatan, kehormatan bahkan ketenaran hanya bersifat
sementara saja.
Semua
harta yang dikumpulkan dengan ‘segala cara’ pada akhirnya akan ditinggalkan dan
berpindah tangan. Sertifikat tanah atau aset lainnya, akan berubah nama menjadi
milik yang lain. Lalu apa lagi yang pantas untuk disombongkan. Bahkan harta
yang sering kita banggakan, boleh jadi akan menjadi beban saat dimintai
pertanggungjawaban di Yaumil akhir
nanti.
Begitupun
dengan ‘jabatan’ semua hanya sementara saja. Semua ada waktunya, dan pasti
suatu saat harus dilepaskan untuk diteruskan oleh penerusnya. Mohon jadi
renungan bahwa tidak sedikit orang yang sangat dihormati saat memiliki jabatan,
tetapi ‘kehormatannya’ ikut lepas juga ketika jabatannya berakhir. Jabatan dan
kehormatan kadangkala membuat orang terlena, sehingga lupa bahwa jabatan atau
kehormatan sesungguhnya sebuah amanah yang harus dijaga ‘kesuciannya’.
Demikian
juga dengan ketenaran, semua sementara. Saat badan terkujur kaku tak berdaya,
tidak ada lagi kesetiaan yang akan terus mengawal dan menemaninya. Kecuali amal
saleh yang ia lakukan saat hidupnya.
Lihatlah
orang-orang yang dianggap tenar selama ini, lambat laun akan dilupakan orang.
Jangankan orang lain, keluarganya sendiri pun belum tentu selalu hadir untuk
menziarahinya.
Virus
Corona adalah sebuah mahluk yang tidak terlihat secara kasat mata, tetapi saat
ini sangat diyakini keberadaannya, bahkan sangat ditakuti oleh setiap orang.
Berbagai persenjataan modern yang selama ini sering dibanggakan, ternyata
lumpuh dan tak bisa digunakan dihadapan mahluk super kecil bernama Corona. Jet
tempur, kapal induk, sampai misil balistik tidak bisa dipakai untuk menyerbu
musuh umat manusia tersebut, sehingga banyak anggaran pertahanan di banyak
negara dialihkan menjadi anggaran
kesehatan. Seolah virus Corona ingin menyampaikan pesan pada seluruh umat
manusia agar tidak memperbesar anggaran untuk saling membunuh dan
menghancurkan, tapi gunakanlah untuk kesehatan dan kesejahteraan sesama umat.
Ternyata untuk membangun kesadaran kolektif seperti itu saja, harus dididik
dulu dengan penderitaan, kesedihan dan kesulitan melalui instrumen universal
beridentitaskan virus Corona atau COVID-19.
"
Sesuatu yang tidak terlihat, tetapi dipercaya dan diyakini ‘ada’, seharusnya
membangun kesadaran ‘tauhid’ dalam meningkatkan keimanan dalam menjalankan
ajaran agama ", tegas Dede ketika berbincang bersama DIPLOMASINEWS.NET.
Masih
urai Dede, tempat - tempat yang dilarang oleh agama selama ini selalu ramai peminatnya.
Meskipun instrumen hukum positif yang melarangnya juga sudah ada, ternyata
tidak cukup efektif untuk menghentikannya. Akhirnya Corona turun tangan dengan caranya sendiri sehingga manusia mulai
menjauhinya.
Lanjutnya,
di saat yang bersamaan kecemasan akan kematian, melahirkan upaya - upaya untuk
lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Ternyata tidak sedikit manusia yang mau
mendekati Tuhan, harus ditakut-takuti dengan kematian terlebih dahulu. Tidak
ada kekuatan apapun yang bisa menunda kematian yang sudah ditetapkan oleh
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Harta, pangkat, jabatan, koneksi ataupun senjata
tidak bisa dijadikan alat untuk negosiasi dengan sang maut.
"
Ada baiknya saat ini kita perbanyak istighfar untuk memohon ampunan kepada
Allah, dan memohon do'a agar pandemi COVID-19 segera diangkat, serta semakin
mendekatkan diri kepada-Nya menuju kesempurnaan iman sebagai orang yang
bertakwa," pungkas Dede menutup bincang-bincang santanya bersama
DIPLOMASINEWS.NET, Selasa, 31 Maret 2020.
Onliner : oma prilly
Editor : roy enhaer