Lonceng – Lonceng ‘Kematian’
http://www.diplomasinews.net/2020/04/lonceng-lonceng-kematian.html
©roy enhaer |
BARANGKALI termasuk aku dan bahkan bisa jadi sangat
banyak orang yang tidak mengenali dan memahami dengan benar atau tepat apa
sesungguhnya Coronavirus yang mewabah,
mengguncang, mengoyak, dan merobek-robek kehidupan damai kampung halamanku yang bernama
Indonesia, itu?
Dan, ketidakpahamanku soal ‘pembunuh’ siluman dari
Smart Kampung Wuhan, itu justru semakin menjadi tidak pernah paham ketika
banyak cangkem ndelewer atau mulut – mulut sok
pintar hingga berbusa-busa itu, tiba – tiba berkomentar cas – cis – cus di medsos, nongol di layar
TV, di warkop lesehan, dan di mana pun
mereka berada. Mereka itu ‘gayane’ layaknya pakar atau ahli kevirusan
dan ke-Corona-an.
Kemudian ketika pintu, jendela dan seisi rumahku
disemprot emulsi ‘Bayclean’ hingga basah kuyup, sembari iseng kutanya pada
relawan yang tengah sarat memanggul handsprayer
di punggungnya itu dan dijawab dengan kalimat yang juga bingung, ya kirangan lah atau ‘tidak tahu’
sesungguhnya berapa ekor virus yang mati tersemprot sejak pagi itu.
Aku lebih bingung, ketika dia menjawab lagi bahwa,
lha wong yang disemprot itu benda yang ‘ora ketok’ alias tak tampak
mata, kok ya sampeyan tanyakan juga.
Akhirnya, saya putuskan dengan berkata ya sudah
lah, jika tidak sanggup memberi kepastian jawaban riil atas berapa jumlah ekor
virus COVID-19 yang mati karena disemprot disinfektan itu. Dan, aku selalu
bersemoga agar semua itu tidak sekadar seremonialitas adanya.
Dan, kebingunganku yang lain adalah ketika mendengar
dan membaca maklumat agar setiap individu untuk social distancing yang telah
‘bertabrakan’ dengan cultural distancing itu. Dan, juga dilarang keluar
rumah jika memang urusannya tidak teramat penting.
Di tengah kebingungan dan sekaligus kepusinganku
itu, tiba – tiba kepingin belajar
memperbandingkan soal aturan lockdown
atau daerah yang dikunci sementara agar siapa pun sangat dilarang agar tidak keluyuran atau keluar tanpa kepentingan mendesak.
Kemudian logika nakalku tersembul juga bahwa memang sangat ‘no problem’ secara
finansial jika yang dilarang keluar rumah itu manusia dengan status sosial sebagai
pejabat public atau aparatur negara yang bergaji bulanan.
Tapi apa yang terjadi sesungguhnya jika seorang makhluk
hidup yang tidak bergaji tapi survivalitas hidupnya hanya sangat mengandalkan mengais
rejeki harian? Jelasnya, hasil mengais hari ini ‘hanya cukup’ untuk survive atau hidup hari ini bersama
keluarganya. Dan, untuk menyambung dan memanjangkan nafas hari esok, pasti
mencari duit hari esok itu juga.
Sekali lagi, dan jangan terburu marah – marah dulu.
Tetapi jika yang terjaring lockdown
itu jenis makhluk hidup sebangsa pejabat public, aku sangat yakin
seyakin-yakinnya akan tak mengimbas dan tak ngefek
terhadap dirinya meski di – lockdown bahkan
di – smackdown sekali pun, masih saja
bisa bertahan hidup hingga kurun waktu bertahun-tahun. Masih bisa ngguya – ngguyu.
Pasalnya, jenis makhluk seperti itu bisa ‘dipastikan’
masih memiliki saldo di anjungan ATM – nya dari hasil ‘penyimpangan’ dengan ‘mengiris’
sana, potong sini, ngemplang di sana,
dan ngentit di sini atas beragam ‘proyek
rakyat’ beranggaran besar sebelum Coronavirus
itu mewabah, menerabas, dan menggilas di negeri ini.
Kemudian, apa yang terjadi dengan makhluk-makhluk
jenis daily atau harian dalam mengais rejekinya, itu? Padahal, hampir setiap pagi,
jenis manusia yang seperti ini kini sudah ‘menggruduk’ pintu kantor desa bahkan hingga kulo nuwun
di kediaman salah satu kepala desa. Intinya mereka sambat dan curhat soal
kompensasi dan kompen-nasi karena terdepak dari pekerjaan
tetapnya yang kini tergilas wabah Coronavirus,
itu.
Aku semakin bisa belajar lagi soal seputar Coronavirus yang kini mewabah di negeri
ini. Rasakan bahwa kini virus ‘killer’ dari negeri Tiongkok tersebut tengah
membawa ‘lonceng kematian’ sembari mengintai siapa saja yang saatnya harus
terpapar dan terkapar kemudian dijemput ajal.
Akhirnya, siapakah sesungguhnya manusia-manusia
di negeri ini yang gerbang rumahnya akan ditandangi, dan didatangi door to
door oleh para pembawa ‘lonceng
kematian’ itu? Manusia yang jenis ini ataukah yang jenis itu?
©roy enhaer
Banyuwangi, Jumat Legi, 10 April 2020.