Jurnalis Senior, Dede Farhan Aulawi : Adakah yang Peduli ‘Nasib’ Jurnalis di Tengah Pandemi?
http://www.diplomasinews.net/2020/04/jurnalis-senior-dede-farhan-aulawi.html
Dede Farhan Aulawi |
DIPLOMASINEWS.NET_BANDUNG_Hingga
detik ini tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti kapan pandemi virus Corona akan berakhir. Meskipun sejumlah
analisa penelitian dari hasil modeling
matematika, belum bisa dijadikan rujukan karena faktor-faktor yang
diasumsikannya terlalu banyak.
Apalagi
variabel dan atributnya dianggap konstan, padahal mutasi virus dikabarkan sudah
berubah -ubah. Dan, terlepas dari semuanya, bangsa ini tidak boleh pesimis
menghadapi wabah tersebut.
Pandemic
Coronavirus tidak sekedar masalah
kesehatan semata, karena dampaknya sangat luas terhadap perekonomian dan
aktivitas kehidupan. Dan, imbas dari wabah itu, banyak aksi social telah
menggelontorkan sejumlah dana kepada warga, seperti tukang becak, ojol, gelandangan dan para warga yang
berhak menerima.
Aksi
social itu tentu sangat baik, tetapi ada yang terlupakan yaitu nasib para awak
media.
Sementara
itu, jurnalis senior, Dede Farhan Aulawi, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di
rumahnya di kawasan Bandung, Minggu, 26 April 2020, mengatakan bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh para awak media sebenarnya tidak hanya saat pandemi Corona seperti saat ini saja.
Lanjut
Dede, banyak permasalahan seperti upah murah, kadang gaji telat terbayarkan, bahkan
sangat rentan terhadap resiko menjadi korban kekerasan. Oleh karenanya, harapnya, agar perusahaan pers wajib melindungi
wartawan saat bertugas, memperhatikan kesejahteraannya dan membayar gaji secara
profesional dan tepat waktu.
"
Apalagi di masa pandemi Corona, saat
mendapat tugas liputan di lapangan tentu sangat beresiko terpapar virus,”
terang Dede, ketika berwawancara bersama DIPLOMASINEWS.NET, Minggu, 26 April
2020.
Dede
berharap, agar para jurnalis memperhatikan keselamatan, dan gunakan alat
pelindung diri, dan tidak lupa untuk menjaga stamina tubuh dan kebersihan. Masih
harapnya, saat pulang bertugas segera pulang ke rumah, mandi dan cuci pakaian
guna memastikan kondisi badan bersih.
Lebih
jauh Dede berharap, jika tidak terlalu terpaksa harus ke lapangan, bekerja di
rumah tentu akan lebih baik. Perbanyak network
terutama dengan para jurnalis senior agar bisa berbagi news atau opini tanpa harus dibayar alias tidak minta upah.
“Masih
ada berita atau informasi yang bisa dimuat tanpa mengeluarkan biaya dan minim
resiko, kok,” ungkap Dede.
Kepada
DIPLOMASINEWS.NET, Dede mengatakan bahwa selama 23 tahun dirinya menjadi seorang
‘kuli tinta’, tahu persis lika – liku
dan kesulitan seorang jurnalis. Masih katanya Dede, dan untuk memperoleh berita
itu tentu tidak mudah, karena harus jelas sumber informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Informasi mesti valid dan up to date.
“Untuk
mendapatkan informasi tersebut kadangkala ada ‘tuduhan atau sangkaan’ sehingga
untuk bertemu saja susah. Belum lagi ketika meliput di lapangan selalu ada
resiko tindak kekerasan,” urai Dede.
Dan,
ketika Dede dicecar pertanyaan atas kesejahteraan, kemudian siapa yang
memperhatikan dan mempedulikan para jurnalis saat di tengah pusaran wabah Coronavirus di negeri ini?
“Apakah
profesi jurnalistik termasuk profesi yang dapat menerima bantuan,? tanya balik
jurnalis senior, itu.
Kemudian
ia memompakan semangat agar profesi jurnalis harus bersatu memperjuangkan
kesejahteraan, karena kalau bukan dirinya yang memperjuangkan, lalu siapa lagi
? Masih kata Dede, dan juga para awak media online
yang mengandalkan pendapatan dari sponsor, dimana besarnya tergantung pada traffic media tersebut.
“Sementara
saat seperti ini, mendapatkan sponsor tentu juga tidak mudah. Oleh karena itu
sudah selayaknya pemerintah ikut membantu meringankan beban para awak media ini
", pungkas Dede, ketika memungkasi interview – nya bersama
DIPLOMASINEWS.NET, Minggu, 26 April 2020.
Kalimat
terakhir Dede, ia menghimbau teman-teman awak media untuk berhati-hati saat
bertugas dan mengikuti protokol peliputan dan kesehatan serta keselamatan. Himbaunya
lagi, giat bekerja, cerdas meliput dan menarik dalam penyajian beritanya.
“Berita itu tidak selalu ‘bad news is a good news’. How to educate
the public to keep healthy is our moral responsibility,” ucap Dede, edukatif.
Onliner
: oma prilly
Editor
: roy enhaer