Tunggu Nyawa Melayang, Kemudian Ditebang
http://www.diplomasinews.net/2020/03/tunggu-nyawa-melayang-kemudian-ditebang.html
TUMBANG DAN MELAYANG : Pohon – pohon asam yang
berdiri di jalan poros antara Genteng – Sempu, tersebut, cepat atau lambat akan
menjadi bencana. [ image : tri budi prastyo ]
|
DIPLOMASINEWS.NET_SEMPU_BANYUWANGI_Tak hanya pandemic Coronavirus yang bisa ‘mematikan’
manusia, tetapi pohon – pohon asam tua yang berdiri di pinggir jalan poros
antara Genteng – Sempu tersebut juga berpotensi menciptakan bencana jika ketika
cuaca ekstrim, seperti hujan dan angin puting beliung.
Tepatnya, pohon – pohon asam berumur tua itu
berada tepat di sekitar pemukiman warga di depan kantor Desa Sempu, Banyuwangi.
Sementara itu, Anita, salah satu warga yang
rumahnya tepat di bawah pohon asam tesebut, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, mengatakan
bahwa sesungguhnya sudah sejak lima tahun lalu, pihaknya telah melayangkan
surat pemberitahuan kepada pihak terkait, mulai dari desa hingga ke dinas
terkait di kabupaten.
Lanjutnya, ternyata hingga hari ini semua upaya yang
dilakukan itu tidak kunjung direspon sama sekali. Pasalnya, pihaknya berniat baik
dan berjaga – jaga agar jika sewaktu –waktu terjadi cuaca ekstrim tidak menimbulkan
bencana terhadap warga sekitar pohon itu.
DISURUH ‘MOTONG’ SENDIRI : Ucap Anita, ketika ia
lapor justru malah disuruh motong sendiri dan kayunya dibawa ke kabupaten. [
image : tri budi prastyo ]
|
“Saya sudah bolak
– balik lapor ke dinas terkait di
kabupaten tapi ora tau dienggep,” ucap Anita ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET,
di bawah pohon asam di dekat rumahnya, Selasa, 24 Maret 2020.
Ucapnya lagi, ketika melapor ke kabupaten terkait
soal pohon asam yang membahayakan keselamatan warga itu justru malah ‘dipermainkan’
dan dibuat jengkel. Masih ucapnya, pihak pemkab justru menyarankan untuk
menebang pohon asam itu sendiri, dengan onkos sendiri, dan kemudian hasil
potongannya disuruh untuk dibawa ke kabupaten.
“Aneh, lha wong
saya warga biasa yang melaporkan agar
pohon asan itu segera dipotong, kok malah saya diuruh motong pohon sendiri dan kayunya suruh ngusung ke kabupaten. Pye
to, iki?”, tanya Anita, heran.
Salah satu warga lain, Maryoedi, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET,
mengatakan bahwa pohon – pohon asam yang berdiri di pinggir jalan tersebut
memang sangat rawan dan bahkan bisa sangat mengancam keselamatan warga sekitar
dan para pengguna jalan yang lalu lalang.
“Pasalnya, di kawasan tersebut adalah lintasan putting
beliung yang setiap saat bisa mengancam keselamatan warga, jika tidak lebih
dulu diantisipasi. Dan, pohon – pohon itu tidak harus ditebang habis, tapi
cukup dirempesi saja. Apakah harus
menunggu korban kemudian baru dipotong?” pungkas Maryoedi ketika ditemui
DIPLOMASINEWS.NET, Selasa, 24 Maret 2020.
Onliner : tri
budi prastyo
Editor : roy enhaer
Publisher : oma prilly