Wisata ‘Terali Besi’ buat Sang Bupati


@roy enhaer
KATA berita, kemarin malam, orang nomor satu di pemerintah kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yakni, oknum bupatinya, SF, telah dicengkiwing, ditungkrep  oleh lembaga anti rasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi [ KPK ]. Pasalnya, panjenenganipun telah diduga kuat beraksi ngutil, nyopet, ngentit, ngemplang, slintat-slintut, dan alias menyalahfungsikan atau ‘mbonek’ dengan nekat melawan hukum atas anggaran proyek infrastruktur.

Barangkali ini pertanyaan goblog, ndeso, dan klasikal atas terciduknya oknum bupati Sidoarjo, tersebut. Bukankah ketika dilantik sebagai pejabat bupati itu dia telah disumpah jabatan sesuai keyakinan agamanya dengan kitab suci yang disunggi di atas kepalanya? Adakah hubungan langsung dan efektif antara ‘kitab suci’, petugas yang menyumpah dengan isi kepala sang ‘bupati’ saat itu?

Pertanyaan ndeso berikutnya adalah, tidak cukupkah selama sebulan bahwa gaji pokok seorang bupati di negeri Katulistiwa ini untuk dimakan sekeluarga dan sejumlah fasilitas prima plus ‘gaji buta’ yang tidak pokok yang tergali dari banyak sumber yang setiap saat mengalir tak pernah henti bagai lautan Lumpur Lapindo itu?  

Apakah sesungguhnya factor utama ketika makhluk yang bernama bupati atau para pejabat lain di negeri ini sehingga masih saja beraksi korup atas amanat rakyat yang dipanggulnya? Kenapa barisan para pejabat di negeri Pancasila ini masih saja berlaku kleptomania, panjang tangan, suka mencuri, mengiris-iris yang bukan hak mereka, meng-kapling-kapling, dan dum-duman duit belanja rakyat demi kepentingan primer perut buncit mereka sendiri?

Terbukti, di awal tahun dua ribu dua puluh ini, oknum bupati Sidoarjo, kini telah mendekam di dalam gelap, lembab dan dinginnya tembok tebal berterali besi. Dia adalah contoh nyata atas makhluk bupati yang ‘tangannya panjang’ seperti gurita di dasar samudra. Seperti belalai gajah di savanna belantara Afika. Seperti lidah bercabangnya ular Black Mamba yang melata di pedalaman hutan Amazon. Seperti menjulurnya lidah bunglon ketika memangsa nyamuk liar di atas pepohonan.

Oknum bupati Sidoarjo adalah salah satu contoh nyata atas aksinya yang melawan hukum. Kapan giliran bupati – bupati lain, utamanya, di Jawa Timur yang akan bernasib sama dengan bupati ‘pemilik’ wisata lumpur Lapindo, itu?

Bersedialah mantel sebelum hujan lebat. Naiklah rakit sebelum air bah itu datang menenggelamkanmu. Berkacalah diri sebelum cermin itu retak. Sarungkanlah belati itu sebelum tajamnya menikam tuannya sendiri. Persiapkan kuda-kuda kakimu sebelum para pendekar ‘shaolin’ KPK itu melakukan jurus-jurus pamungkas yang mematikan.

Dan, jangan pernah berpikir bahwa apakah ‘yang belum’ terciduk itu adalah mereka steril dari korup? Tunggu sebentar, bahwa oknum bupati yang kemarin malam digelandang petugas itu hanyalah soal antrean panjang yang lebih dulu diambil. Dan, nasib apes - nya lebih dulu diterima dari pada konco-konco -  nya yang masih menunggu di kursi ruang tunggu belakang.

Siapakah sesungguhnya para oknum bupati di seluruh Jawa Timur ini yang ‘nomor antrean’ nya berpotensi setelah orang nomor satu di Sidoarjo, itu melungker di bui? Senyampang penciuman tajam KPK belum mengendus di ruang gelapmu. Sebelum cakar-cakar kekar lembaga anti korupsi itu mencengkeram batok kepalamu yang telah dengan diam-diam menilep duit belanja rakyat. Berbuatlah sesuatu mumpung masih ada waktu.

Akhirnya, aku hanya bisa titip sepenggal kalimat bijak bahwa makhluk – makhluk yang bernama koruptor itu bukanlah penjahat, tapi mereka hanyalah gerombolan ‘perampok’ yang tersesat di kampung halaman mereka sendiri.

Welcome to dan selamat datang di destinasi wisata ‘terali besi’.    

@roy enhaer
AlunAlun Jember, 09 Januari 2020    

Related

Cover Story 8774717681408534771

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item