Wisata ‘Terali Besi’ buat Sang Bupati
http://www.diplomasinews.net/2020/01/wisata-terali-besi-buat-sang-bupati.html
@roy enhaer |
Barangkali ini pertanyaan goblog, ndeso, dan klasikal atas terciduknya oknum bupati Sidoarjo,
tersebut. Bukankah ketika dilantik sebagai pejabat bupati itu dia telah
disumpah jabatan sesuai keyakinan agamanya dengan kitab suci yang disunggi di atas kepalanya? Adakah
hubungan langsung dan efektif antara ‘kitab suci’, petugas yang menyumpah
dengan isi kepala sang ‘bupati’ saat itu?
Pertanyaan ndeso
berikutnya adalah, tidak cukupkah selama sebulan bahwa gaji pokok seorang
bupati di negeri Katulistiwa ini untuk dimakan sekeluarga dan sejumlah
fasilitas prima plus ‘gaji buta’ yang tidak pokok yang tergali dari banyak
sumber yang setiap saat mengalir tak pernah henti bagai lautan Lumpur Lapindo itu?
Apakah sesungguhnya factor utama ketika makhluk
yang bernama bupati atau para pejabat lain di negeri ini sehingga masih saja
beraksi korup atas amanat rakyat yang dipanggulnya? Kenapa barisan para pejabat
di negeri Pancasila ini masih saja berlaku kleptomania,
panjang tangan, suka mencuri, mengiris-iris yang bukan hak mereka, meng-kapling-kapling, dan dum-duman duit belanja rakyat demi
kepentingan primer perut buncit mereka sendiri?
Terbukti, di awal tahun dua ribu dua puluh ini,
oknum bupati Sidoarjo, kini telah mendekam di dalam gelap, lembab dan dinginnya
tembok tebal berterali besi. Dia adalah contoh nyata atas makhluk bupati yang
‘tangannya panjang’ seperti gurita di dasar samudra. Seperti belalai gajah di savanna belantara Afika. Seperti lidah
bercabangnya ular Black Mamba yang melata di pedalaman hutan
Amazon. Seperti menjulurnya lidah bunglon ketika memangsa nyamuk liar di atas
pepohonan.
Oknum bupati Sidoarjo adalah salah satu contoh
nyata atas aksinya yang melawan hukum. Kapan giliran bupati – bupati lain,
utamanya, di Jawa Timur yang akan bernasib sama dengan bupati ‘pemilik’ wisata lumpur
Lapindo, itu?
Bersedialah mantel sebelum hujan lebat. Naiklah rakit
sebelum air bah itu datang menenggelamkanmu. Berkacalah diri sebelum cermin itu
retak. Sarungkanlah belati itu sebelum tajamnya menikam tuannya sendiri. Persiapkan
kuda-kuda kakimu sebelum para pendekar ‘shaolin’ KPK itu melakukan jurus-jurus pamungkas
yang mematikan.
Dan, jangan pernah berpikir bahwa apakah ‘yang
belum’ terciduk itu adalah mereka steril dari korup? Tunggu sebentar, bahwa oknum
bupati yang kemarin malam digelandang petugas itu hanyalah soal antrean panjang
yang lebih dulu diambil. Dan, nasib apes
- nya lebih dulu diterima dari pada konco-konco -
nya yang masih menunggu di kursi ruang tunggu belakang.
Siapakah sesungguhnya para oknum bupati di
seluruh Jawa Timur ini yang ‘nomor antrean’ nya berpotensi setelah orang nomor
satu di Sidoarjo, itu melungker di
bui? Senyampang penciuman tajam KPK belum mengendus di ruang gelapmu. Sebelum
cakar-cakar kekar lembaga anti korupsi itu mencengkeram batok kepalamu yang telah
dengan diam-diam menilep duit belanja rakyat. Berbuatlah sesuatu mumpung masih
ada waktu.
Akhirnya, aku hanya bisa titip sepenggal kalimat
bijak bahwa makhluk – makhluk yang bernama koruptor itu bukanlah penjahat, tapi
mereka hanyalah gerombolan ‘perampok’ yang tersesat di kampung halaman mereka
sendiri.
Welcome
to dan selamat datang di destinasi
wisata ‘terali besi’.
@roy enhaer
Alun
– Alun Jember, 09 Januari 2020