Jakarta Banjir dan Mulut – Mulut ‘Nyinyir’


@roy enhaer
MESKI setiap tahun Jakarta itu langganan banjir, tapi untuk kali ini jutaan penghuni ibu kota tersebut sepertinya sedang ‘ditegur’ Tuhan dengan cara ‘menumpahkan’ sedikit air bah. Tapi, kita masih bisa ucapkan syukur atas bencana itu bahwa Dia tidak sampai ‘tega’ me – Nabi Nuh – kan metropolitan.

Jakarta adalah belantara. Kompetisi hidup semakin telanjang dan menghalalkan segala cara. Bahkan cara hidup warganya sudah memasuki peradaban jahiliyah. Yang jelas – jelas sesuatu itu haram tetapi masih bisa dipelintir untuk dihalal – halalkan.

Jakarta adalah juga pusat pemerintahan yang di dalamnya berkumpul pejabat – pejabat yang tugas pokok dan fungsinya menyejahterakan ratusan juta rakyatnya. Celakanya, ketika ibu kota tenggelam hari – hari ini, jurstru oknum gubernur dan oknum menterinya saling ‘nyinyir’ berdebat kusir atas bencana banjir.

Para pejabat kita memang pinter membuat peraturan tapi sangat ‘goblok’ mempraktikannya. Pinter ngomong tapi hasilnya bolong. Lha wong jelas – jelas dan terfaktakan ketika ratusan ribu warga Jakarta tenggelam karena banjir bah, kok ya koberkober - nya, masih punya waktu ngoceh berteori. Kenapa para pejabat itu tidak ikut terjun berbasah – basah di pinggir kali sehingga bisa merasakan betapa ‘nikmatnya’ ketika ratusan ribu warga ibu kota itu terseret – seret derasnya banjir dan berlumpur – lumpur rumahnya?

Beranikah para pejabat itu untuk banjir tahun depan bertempat tinggal di pinggir kali agar ikut merasakan langsung betapa ‘bahagianya’ ketika rumah mereka tenggelam hingga hanya atapnya saja yang terlihat? Anehnya, kenapa ketika Jakarta diterjang dan ditenggelamkan banjir selalu saja yang menjadi korban dan obyek penderitanya mayoritas para wong cilik dan warga pinggiiran?

Lantas apa yang menarik dari banjir Jakarta itu? Dan, lebih aneh lagi, apa yang menarik untuk diberitakan oleh media massa jika yang paling menjadi korban hanyalah sekadar ‘bukan’ orang – orang penting, tetapi hanya warga biasa yang bukan siapa – siapa?

Bukankah ekskusivitas berita itu ketika yang menjadi korban adalah orang penting dan memiliki posisi social politik yang strategis? Dan, lagi belum pernah terjadi pada setiap bencana alam apa saja yang menjadi korban dan yang mengungsi di kelurahan dan tempat – tempat penampungan itu seorang tokoh nasional.

Akhirnya, agar Tuhan tidak me –warning warga ibu kota dengan bencana – bencana yang lainnya. Bersegeralah para pejabat itu untuk benar – benar memikirkan hajat hidup rakyatnya, jangan hanya menggelembungkan perut mereka sendiri dengan menghalalkan segala cara. Terlebih hentikan model pencitraan dan omong  ‘nyinyir’ tanpa berbuat apa pun atas bencana banjir.

Akankah Jakarta dikepung air bah lagi tahun depan?

@roy enhaer
Watu Ulo, Jember, 04 Januari 2020

Related

Cover Story 4507878332225543177

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item