Asosiasi Kepala Desa, Jangan Sekadar ‘Papan Nama’
http://www.diplomasinews.net/2020/01/asosiasi-kepala-desa-jangan-sekadar.html
@roy enhaer |
SESUNGGUHNYA ketika kita meraih dan merengkuh ‘kekuasaan’
dalam bentuk atau jenis apa pun, yang kali pertama mesti diucapsyukuri adalah kalimat
‘innalillahi wa inna ilaihi roojiun’, bukan ‘alhamdulillahi
robbil aalamin’. Pasalnya, kekuasaan itu bersifat tidak abadi, tidak kekal,
durasinya hanya sesaat dan bahkan bisa ‘menjebak’ kepada penerima kekuasaan itu
sendiri.
Saya ucapkan Congratulation buat seorang Anton
Sujarwo, yang secara de facto telah
diberi amanat dan perkenan oleh – Nya, atas ternomorsatukannya sebagai ketua
Asosiasi Kepala Desa se – Banyuwangi [ ASKAB ].
Kini, seorang Anton mulai detik ini mesti
mempersiapkan energy yang berilpat-lipat. Pasalnya, dia di samping telah ‘didapuk’
sebagai ketua ‘lurah’ se – Banyuwangi, juga secara primer sebagai kepala desa
di Desa Aliyan.
Makanya, sosok muda Anton mesti lebih
memperjelas atas garis pejuangannya. Mana garis sebagai kepala desa yang harus
mengepalai ribuan rakyatnya. Dan, di mana garis putih perjuangan sebagai ketua
ASKAB yang mesti men-solid- kan dan mempersatukan langkah agar senyawa kepada kepala
desa yang jumlahnya ratusan itu.
Mesti dicatat bahwa di dalam tubuh asosiasi sendiri,
selama ini, perjuangannya masih belum sanggup menunjukkan bahwa ia adalah
sebuah organisasi besar yang member-nya
hingga ratusan kepala desa yang beragam latar belakang, sumber daya manusia dan
kompetensinya.
Saya berharap banyak kepada sosok Anton agar
asosiasi yang selama ini redup dan ‘byar – pet’ itu bisa ditambah daya cahanya.
Yang selama ini berjalan zig-zag dan maju – mundur di jalan
berlobang, agar diluruskan kemudinya dan ditambal yang lobang-lobang itu. Yang selama
ini hanya sekadar ‘dijadikan’ alat ekonomis dan komoditas politis agar sesegera
mungkin dibenahi menjadi berorientasi dan mengedepankan aspirasi kerakyatan.
Mesti dicatat, bahwa dari sisi populasi ‘rakyat’
ASKAB, bahkan sanggup ‘menyamai’ jumlah rakyatnya bupati di kabupaten ini. Bukankah
itu sebuah organisasi besar tapi tidak pernah disadari dan dikalkulasi kebesarannya?
Sakali lagi saya menaruh harapan besar buat
seorang Anton Sujarwo. Agar organisasi sebesar yang panjengan pimpin itu harus mampu berdaya tawar terhadap siapa dan
pihak mana pun. Buktikan bahwa asosiasi tersebut harus mampu melakukan bargaining di sector apa pun mengingat power ASKAB yang begitu ‘ngedab-edabi’
dan dahsyat. Bukankah selama ini dianggap enteng-enteng saja oleh banyak pihak?
Buat seorang Anton yang muda, kreatif, inovatif,
dan sangat seniman. Jika asosiasi ini adalah seekor macan, janganlah jadi macan
ompong. Jika asosiasi ini adalah sebuah panggung orchestra, jadilah engkau seorang dirijen, dan aranser yang mumpuni
agar irama orkestrasinya enak dan nyaman didengarkan hati. Dan, jika ada
salah satu anggota asosiasi yang tidak patuh garis-garis organisasi, tampar dan
gebuklah seperti ketika engkau ‘menampar’ gendang dan ‘menggebuk’ perangkat drum di panggung entertainmen.
Sekali lagi, pimpinlah asosiasi ini dengan manajemen
hati. Jangan sekadar tampil beda. Jangan sekadar sebuah baliho bertuliskan
kata-kata tanpa makna. Dan, asosiasi kepala desa jangan hanya sekadar sebuah ‘papan
nama’ saja. Jangan hanya ber-alhamdulillah,
tapi lebih indah untuk ber-innalillah
atas hidayat dan amanat – Nya.
Selamat berjuang, Kang Anton Sujarwo!
Selamat berjuang, Kang Anton Sujarwo!
@roy enhaer
Pasar Tanjung, Jember, Sabtu, 11 Januari 2020.