Pemenang atau Pecundang


@roy enhaer
PESTA demokrasi level ‘ndeso’ pemilihan kepala desa [ pilkades ] 2019 yang digelar serentak di 130 desa di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu, tinggal menghitung jari, menghitung menit, dan bahkan tinggal menghitung helaan nafas saja.

Pilkades serentak yang telah terjadual pada Rabu, 9 Oktober 2019, tersebut, akan menjadi ‘killing field’ atau gelanggang pertarungan ‘hidup dan mati’ para kandidat di desa mereka masing-masing demi memperebutkan posisi orang ‘number one’ di desa.

Jika detik ini kita mampu ‘membaca’ isi kepala, suasana batin dan irama pikiran para kandidat yang akan berlaga di arena pilkades esok pagi, pasti akan tergambar betapa teraduk-aduknya harapan-harapan yang harus diraih, mimpi-mimpi yang harus dianyam agar semua itu menjadi realitas yang benar-benar ‘kasunyatan’ adanya.

Meski para kandidat itu free dan tanpa biaya serupiah pun ketika ‘ndaftar’ pilkades serentak kali ini, tapi jangan lupa bahwa seorang kepala desa tidak sekadar pemimpin formal saja di desanya, tapi lebih dari itu, dia juga harus mampu dan sanggup menjadi seorang pemimpin cultural di tengah – tengah hati  rakyatnya.

Makanya, ketika seorang kandidat kades ‘bernafsu’ berburu kursi nomor satu di palagan hidup – mati pada pilkades, suka tidak suka, diminta atau tidak, pasti akan secara cultural akan ‘dikeroyok’ atau dibanjiri tetamu yang datang  meski sekadar ikut urun doa dan spiritisme terhadap kandidat yang akan berjibaku ‘sak nggeblake’ pada pilkades serentak, Rabu, besok.

Jangan lupa, tetamu ‘pembawa’ doa restu yang membanjir di kediaman para kandidat itu juga tak hanya ‘didiamkan’ begitu saja. Mereka harus diapresiasi dan ‘diuwongne’ oleh kandidat. Harus ‘dipinarakne’ kemudian ‘dikenyangi’ perutnya atas nama rakyat yang ‘mungkin’ dan ‘siapa tahu’ akan mencoblos wajah kandidat tersebut di dalam bilik rahasia di TPS esok pagi.

Jangan lupa, bahwa untuk ‘ngowongne’ para tetamu itu para kandidat juga membutuhkan akomodasi dan kulinerisasi yang tidak sedikit anggarannya. Intinya, para kandidat yang bertarung pada pilkades serentak di kabupaten Banyuwangi, esok pagi itu, dibutuhkan seorang ‘pendekar’ yang linuwih, sosok yang perfect, personalisasi yang sempurna di segala bidang, sisi, dan sudut. 

Mumpuni dalam kepemimpinan memimpin rakyatnya, sempurna finansialnya, tidak cacat moralitasnya, tergaransi kompetensinya, tidak ada bopeng dan ‘borok’ sosialitasnya, dan tentu saja dipersyarati seberapa dangkal dan dalam bobot religiusitasnya.

Betapa pun, bagaimana pun, dan bahkan apa pun yang terjadi atas hasil kerja keras dan kerja cerdas para kandidat dalam berlaga di pilkades serentak, Rabu, esok pagi, semuanya akan berpulang kepada personal masing – masing dalam menghayati, menghikmahi, dan bahkan bagaimana sebisa mungkin menikmatinya.

Apa pun yang terjadi, yang menang pasti hanya satu. Pertanyaannya, siapkah psikologika para kandidat itu ketika hitungan suara terakhir tidak seindah mimpi-mimpi yang telah lama dianyam itu? Sudah siapkah untuk kalah dan menang? Siapkah jika tidak menang tapi hanya menjadi pecundang?

Selamat berjuang para kandidat pada laga pilkades serentak 2019, di Banyuwangi, pagi ini.

@roy enhaer
Banyuwangi, Rabu, 09 Oktober 2019, pukul 1. 36 WIB   

Related

Cover Story 8385413119995900816

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item