Pemenang atau Pecundang
http://www.diplomasinews.net/2019/10/pemenang-atau-pecundang.html
@roy enhaer |
Pilkades serentak yang telah terjadual pada
Rabu, 9 Oktober 2019, tersebut, akan menjadi ‘killing field’ atau gelanggang
pertarungan ‘hidup dan mati’ para kandidat di desa mereka masing-masing demi
memperebutkan posisi orang ‘number one’ di desa.
Jika detik ini kita mampu ‘membaca’ isi kepala, suasana
batin dan irama pikiran para kandidat yang akan berlaga di arena pilkades esok
pagi, pasti akan tergambar betapa teraduk-aduknya harapan-harapan yang harus
diraih, mimpi-mimpi yang harus dianyam agar semua itu menjadi realitas yang
benar-benar ‘kasunyatan’ adanya.
Meski para kandidat itu free dan tanpa biaya serupiah pun ketika ‘ndaftar’ pilkades
serentak kali ini, tapi jangan lupa bahwa seorang kepala desa tidak sekadar
pemimpin formal saja di desanya, tapi lebih dari itu, dia juga harus mampu dan
sanggup menjadi seorang pemimpin cultural
di tengah – tengah hati rakyatnya.
Makanya, ketika seorang kandidat kades ‘bernafsu’
berburu kursi nomor satu di palagan
hidup – mati pada pilkades, suka tidak suka, diminta atau tidak, pasti akan
secara cultural akan ‘dikeroyok’ atau
dibanjiri tetamu yang datang meski sekadar ikut urun doa dan spiritisme
terhadap kandidat yang akan berjibaku ‘sak nggeblake’ pada pilkades serentak, Rabu,
besok.
Jangan lupa, tetamu ‘pembawa’ doa restu yang
membanjir di kediaman para kandidat itu juga tak hanya ‘didiamkan’ begitu saja.
Mereka harus diapresiasi dan ‘diuwongne’ oleh kandidat. Harus ‘dipinarakne’ kemudian
‘dikenyangi’ perutnya atas nama rakyat yang ‘mungkin’ dan ‘siapa tahu’ akan mencoblos
wajah kandidat tersebut di dalam bilik rahasia di TPS esok pagi.
Jangan lupa, bahwa untuk ‘ngowongne’ para tetamu
itu para kandidat juga membutuhkan akomodasi dan kulinerisasi yang tidak sedikit anggarannya. Intinya, para kandidat yang bertarung pada pilkades
serentak di kabupaten Banyuwangi, esok pagi itu, dibutuhkan seorang ‘pendekar’
yang linuwih, sosok yang perfect, personalisasi yang sempurna di segala
bidang, sisi, dan sudut.
Mumpuni dalam kepemimpinan memimpin rakyatnya, sempurna finansialnya, tidak cacat moralitasnya, tergaransi kompetensinya, tidak ada bopeng dan ‘borok’ sosialitasnya, dan tentu saja dipersyarati seberapa dangkal dan dalam bobot religiusitasnya.
Mumpuni dalam kepemimpinan memimpin rakyatnya, sempurna finansialnya, tidak cacat moralitasnya, tergaransi kompetensinya, tidak ada bopeng dan ‘borok’ sosialitasnya, dan tentu saja dipersyarati seberapa dangkal dan dalam bobot religiusitasnya.
Betapa pun, bagaimana pun, dan bahkan apa pun
yang terjadi atas hasil kerja keras dan kerja cerdas para kandidat dalam berlaga
di pilkades serentak, Rabu, esok pagi, semuanya akan berpulang kepada personal
masing – masing dalam menghayati, menghikmahi, dan bahkan bagaimana sebisa mungkin
menikmatinya.
Apa pun yang terjadi, yang menang pasti hanya
satu. Pertanyaannya, siapkah psikologika para kandidat itu ketika hitungan
suara terakhir tidak seindah mimpi-mimpi yang telah lama dianyam itu? Sudah
siapkah untuk kalah dan menang? Siapkah jika tidak menang tapi hanya
menjadi pecundang?
Selamat berjuang para kandidat pada laga
pilkades serentak 2019, di Banyuwangi, pagi ini.
@roy enhaer
Banyuwangi, Rabu, 09 Oktober 2019, pukul 1. 36
WIB