Ketika ‘Bau Kentut’ Tak Bisa Dipotret

@roy enhaer
PESTA demokrasi pilkades serentak 2019 di Banyuwangi yang digelar kemarin itu telah usai. Segala warna – warni, pernak – pernik, dinamika, tragika, traumatika, dan suka dukanya telah terlewati semua. Dan, para kandidat yang ikut berlaga, bertarung, berjibaku hingga helaan nafas terakhir itu telah mereka lakoni.

Jika kita omong soal rasa puas dan ketidakpuasan atas hasil akhir pilkades serentak 2019 di Banyuwangi, itu, pasti akan teramat panjang dan berurai-urai. Pasalnya, jika seorang kandidat tersebut gagal mimpi dan harapannya menjadi orang nomor satu di desanya, pasti akan mengeluarkan seluruh dalih dan setumpuk alasan subyektif atas dirinya.

Adalah sangat manusiawi jika seorang manusia itu ‘nggerundel’ karena telah gagal meraih apa yang dicita-citakan sebelum dia mengalami kegagalan yang menghimpit dan menyakitkan jantung hatinya. Manusia itu menjadi sangat manusiawi jika meledakkan kekecewaannya ketika rentetan kegagalan itu menabrak dan melindas dirinya.   

Contoh rasa ‘nggerundel’ itu misalnya dalam konteks pilkades serentak 2019 di Banyuwangi, kemarin itu sangat banyak dialami oleh kandidat yang terpuruk harapannya demi merebut kursi nomor satu di ‘istana’ desa itu.

Dan, ragam kekecewaan tersebut salah satunya adalah soal money politics yang bisa merusak demokrasi pilkades itu sendiri. Kandidat yang ‘gagal’ pasti menuduh rivalnya yang berhasil dengan melakukan aksi kecurangan, aksi ‘serangan fajar’, aksi bagi-bagi sembako, aksi bagi-bagi kerudung dan sarung, aksi intimidasi untuk golput dan dilarang hadir mengaspirasikan haknya di bilik TPS demi menyoblos gambar wajah ‘jagoannya’.

Pertanyaannya, bukankah isu – isu perusak domokrasi itu tidak hanya di level pilkades saja, tapi juga telah merambah di pemilihan – pemilihan di level atas seperti pilcaleg, pilbub, pilgub, pilwali, dan bahkan ‘tingkat dewa’ di pilpres di negeri ini?

Ternyata, rumor – rumor dan celotehan di jalanan soal kecurangan dalam pesta demokrasi di jenjang mana pun yang bersifat terstruktur, sistematik, dan masiv itu, tak bisa dibuktikan keberadaannya, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, dan tidak bisa dipotret dengan kamera apa pun. Tetapi, dia tetap saja menggelinding bak bola salju yang siap menabrak siapa pun berada di depannya.

Akhirnya, rumor dan isu tersebut seperti layaknya ‘bau kentut’ yang menyengat menusuk hidung siapa saja. Tetapi aromanya tidak ada seorang pun yang sanggup memotretnya.

@roy enhaer
Banyuwangi, Kamis, 10 Oktober 2019.   

Related

Cover Story 5028173632938535932

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item