Antara ‘Negarawan’ dan ‘Dagelan’
http://www.diplomasinews.net/2019/10/antara-negarawan-dan-dagelan.html
@roy enhaer |
RATUSAN juta rakyat di negeri Pancasila ini jangan
lagi dikuliahi, diseminari,‘ditausyiahi’ dan diajari soal ‘kebiangkerokan’, ‘kebrengsekan’
dan ‘kemunafikan’ dunia politik.
Di dalam tabung – tabung otak ratusan juta penduduk
di negeri zamrud katulistiwa ini sangat paham bahwa rumus politik itu adalah tak
ada kawan dan lawan yang abadi.
Jangan pernah mengatakan sekata pun dan menuding
bahwa ratusan juta rakyat yang menghuni jagad Indonesia ini adalah bebal, dan bodoh
sehingga gampang dibebali dan dibodoh-bodohi dalam banyak hal setiap hari.
Sekali lagi, ratusan juta rakyat di negeri gemah ripah lohjinawi ini jangan hanya dijadikan
obyek penderita oleh kehausan dan kerakusan birahi politis para politikus di
negeri ini. Ratusan juta rakyat itu jangan hanya dijadikan ‘bebek-bebek’ dan keledai
dungu yang digiring ke sana dan dihalau ke sini demi libido politis para elit ketika
ada gelaran pesta demokrasi saja.
Dan, hasil akhir dari helatan pesta demokrasi itu
bahkan kebablasan menjadi pesta pora demo-crazy
bagi para pelaku yang ‘gayane’ sok domokratis,
sok nasionalis, dan bahkan sok negarawan, itu. Padahal, mereka hanya
beraksi kepura-puraan, hanya acting, dan
berkoar di layar TV hingga mulut mereka berbusa-busa yang ditonton live oleh ratusan juta penduduk di
negeri ini.
Sesendok madu tawon itu masih kalah manis jika dibandingkan
dengan segunung janji manis para politikus yang sesungguhnya sedang ‘ngapusi dan melokotho’ratusan juta rakyat yang mereka anggap bodoh dan sering dijadikan
komoditas perniagaan politik, dijadikan batu loncatan, ‘diidek endhase’dan dijadikan‘pancikan’anak
tangga untuk memuluskan nafsu politik puncak mereka.
Para politikus di dunia politik praktis itu ternyata
begitu piawai dalam meramu,mengomposisikan, dan meracik sesuatu yang
sesungguhnya ‘menipu’ itu kemudian menjadi seolah-olah benar-benar tidak terlihat
menipu di depan wajah ratusan juta penduduk di negeri ‘nyiur melambai’ itu.
Pertanyaan besarnya, kenapa wong hanya kepingin menduduki
jabatan strategis saja mereka harus menipu dan memperjualbelikan pikiran dan hati
ratusan juta rakyat di negeri merah – putih ini? Apa mereka kira bahwa ratusan juta
rakyat itu lebih tahu, paham dan mudeng atas
manajemen konflik yang mereka desain, ciptakan, dan diadegankan itu agar
terlihat penuh persaingan, berhadap-hadapan seolah telah terjadi demokrasi berkualitas tinggi.
Kenapa para politikus itu mau capek-capek melangsungkan pesta demokrasi segala, dengan ongkos tinggi,
jika ujung-ujungnya dan berakhir hanya transaksi posisi kursi menteri?
Bukankah faktanya semua itu targetnya hanya sebatas
mengurus kepentingan perut pribadi dan golongan mereka sendiri saja?
Duh,
Ibu Pertiwi, masih adakah hari ini dan di negeri ini hidup seorang yang
betul-betul negarawan yang lahir dari dalam rahimmu? Ataukah mereka yang
mengaku dan mengklaim diri mereka negarawan itu sesungguhnya hanyalah seorang
‘dagelan’ yang bertopeng dan berkamuflase sebagai negarawan?
Akhirnya, antara ‘negarawan’ dan ‘dagelan’ itu selisihnya
beda – beda tipis, tetapi mereka tetap harus kita ucapkan congratulation, selamat bekerja dan semoga berjuang ‘hanya’ demi memperjuangkan
aspirasi rakyat semata.
Juga kita doakan agar mereka mengabdi demi bangsa
dan Negara hingga batas amplop terakhir dan kongkalikong
proyek yang duitnya didanai dari keringat rakyat itu.
Siapakah sesunggunya mereka itu? Negarawan atau justru
mereka itu ‘dagelan’ dari produk stand up
comedy?’ Atau hanya sekadar ‘badut-badut’ politik yang bisanya hanya
‘cengengesan’ di depan keluguan dan kejujuran hati ratusan juta rakyat di
negeri ini?
@roy enhaer