Antara ‘Negarawan’ dan ‘Dagelan’


@roy enhaer

RATUSAN juta rakyat di negeri Pancasila ini jangan lagi dikuliahi, diseminari,‘ditausyiahi’ dan diajari soal  ‘kebiangkerokan’, ‘kebrengsekan’ dan ‘kemunafikan’ dunia politik.

Di dalam tabung – tabung otak ratusan juta penduduk di negeri zamrud katulistiwa ini sangat paham bahwa rumus politik itu adalah tak ada kawan dan lawan yang abadi.

Jangan pernah mengatakan sekata pun dan menuding bahwa ratusan juta rakyat yang menghuni jagad Indonesia ini adalah bebal, dan bodoh sehingga gampang dibebali dan dibodoh-bodohi dalam banyak hal setiap hari.

Sekali lagi, ratusan juta rakyat di negeri gemah ripah lohjinawi ini jangan hanya dijadikan obyek penderita oleh kehausan dan kerakusan birahi politis para politikus di negeri ini. Ratusan juta rakyat itu jangan hanya dijadikan ‘bebek-bebek’ dan keledai dungu yang digiring ke sana dan dihalau ke sini demi libido politis para elit ketika ada gelaran pesta demokrasi saja.

Dan, hasil akhir dari helatan pesta demokrasi itu bahkan kebablasan menjadi pesta pora demo-crazy bagi para pelaku yang ‘gayane’ sok domokratis, sok nasionalis, dan bahkan sok negarawan, itu. Padahal, mereka hanya beraksi kepura-puraan, hanya acting, dan berkoar di layar TV hingga mulut mereka berbusa-busa yang ditonton live oleh ratusan juta penduduk di negeri ini.

Sesendok madu tawon itu masih kalah manis jika dibandingkan dengan segunung janji manis para politikus yang sesungguhnya sedang ‘ngapusi dan melokotho’ratusan juta rakyat yang mereka anggap bodoh dan sering dijadikan komoditas perniagaan politik, dijadikan batu loncatan, ‘diidek endhase’dan dijadikan‘pancikan’anak tangga untuk memuluskan nafsu politik puncak mereka.

Para politikus di dunia politik praktis itu ternyata begitu piawai dalam meramu,mengomposisikan, dan meracik sesuatu yang sesungguhnya ‘menipu’ itu kemudian menjadi seolah-olah benar-benar tidak terlihat menipu di depan wajah ratusan juta penduduk di negeri ‘nyiur melambai’ itu.

Pertanyaan besarnya, kenapa wong hanya kepingin menduduki jabatan strategis saja mereka harus menipu dan memperjualbelikan pikiran dan hati ratusan juta rakyat di negeri merah – putih ini? Apa mereka kira bahwa ratusan juta rakyat itu lebih tahu, paham dan mudeng atas manajemen konflik yang mereka desain, ciptakan, dan diadegankan itu agar terlihat penuh persaingan, berhadap-hadapan seolah telah terjadi demokrasi berkualitas tinggi.

Kenapa para politikus itu mau capek-capek melangsungkan pesta demokrasi segala, dengan ongkos tinggi, jika ujung-ujungnya dan berakhir hanya transaksi posisi kursi menteri?

Bukankah faktanya semua itu targetnya hanya sebatas mengurus kepentingan perut pribadi dan golongan mereka sendiri saja?

Duh, Ibu Pertiwi, masih adakah hari ini dan di negeri ini hidup seorang yang betul-betul negarawan yang lahir dari dalam rahimmu? Ataukah mereka yang mengaku dan mengklaim diri mereka negarawan itu sesungguhnya hanyalah seorang ‘dagelan’ yang bertopeng dan berkamuflase sebagai negarawan?

Akhirnya, antara ‘negarawan’ dan ‘dagelan’ itu selisihnya beda – beda tipis, tetapi mereka tetap harus kita ucapkan congratulation, selamat bekerja dan semoga berjuang ‘hanya’ demi memperjuangkan aspirasi rakyat semata.

Juga kita doakan agar mereka mengabdi demi bangsa dan Negara hingga batas amplop terakhir dan kongkalikong proyek yang duitnya didanai dari keringat rakyat itu.

Siapakah sesunggunya mereka itu? Negarawan atau justru mereka itu ‘dagelan’ dari produk stand up comedy?’ Atau hanya sekadar ‘badut-badut’ politik yang bisanya hanya ‘cengengesan’ di depan keluguan dan kejujuran hati ratusan juta rakyat di negeri ini?

@roy enhaer
Banyuwangi, Selasa, 29 Oktober 2019.

Related

Cover Story 703176585568756373

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item