Gus Miftah : Menungso Kok Kalah Karo Manuk
http://www.diplomasinews.net/2019/09/gus-miftah-menungso-kok-kalah-karo-manuk.html
ANTARA MANUSIA DAN BURUNG : Tausyiah Gus Miftah, bahwa antar bangsa
burung saja bisa bertoleransi dalam beragama. Bagaimana dengan bangsa manusia?
[ image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
DIPLOMASINEWS.NET_BANGOREJO_BANYUWANGI_Ribuan
jamaah Gus Miftah tumpah di acara memperingati I Muharram 1441 H, pada santunan
anak yatim piatu dan kaum duafa, Kamis, 05 September 2019.
Acara yang dipandegani
Yayasan Yatim Piatu ‘Tabakur Ridho’ Dusun Bulukembar, Bangorejo, Banyuwangi,
Jawa Timur, itu diawali tepat pukul 19.00 WIB. Gus Miftah, kiai nyentrik berkaca mata hitam dan berblangkon
ala Ngayogjokarto, itu, bertausyiah
di atas panggung hampir selama tiga jam.
Dalam tausyiahnya, dia berurai –urai di depan ribuan
jamaahnya yang setia menyimaknya hingga acara usai. Di atas panggung dia
mengilustrasikan perbedaan atas ‘kebodohan’ manusai dengan binatang terbang bernama
burung.
Jelas Gus Miftah, di depan ribuan jamaahnya,
bahwa binatang manuk atau burung itu pun juga ‘beragama’. Dia mencontohkan
burung yang beragama ‘kristen’, yaitu burung gereja. Sedangkan yang beragama ‘islam’
adalah ‘emprit kaji’ atau burung pipit yang kepalanya berwarna putih menyerupai
songkok ‘haji’.
Dalam tausyiahnya, Gus Miftah sengaja mengajak
ribuan jamaahnya itu untuk menumbuhkan patriotisme dan rasa toleransi beragama pada
bangsa kita. Makanya, hampir sepanjang
ceramahnya di atas panggung, dia selalu mendudukkan posisi umat beragama yang
seringkali ‘pendelik-pendelikan’, acap kali ‘gagal paham’ memahami hak personal
bangsa kita itu dalam memeluk agama dan kepercayaan.
“Manuk gereja loh nggak pernah ‘berantem’ dengan
emprit kaji,” kata Gus Miftah yang ditepuki oleh ribuan jamaahnya, Kamis, 5 September
2019. Maksudnya, burung gereja yang beterbangan dan sering keluar masuk 'masjid'
itu pun tak pernah ‘diusir’ oleh burung ‘emprit kaji’ ketika memergokinya.
Lanjutnya, sesungguhnya andai kita bisa berkaca
atas sikap toleransi kepada bangsa burung, pasti Indonesia yang multi- religi
itu tidak akan sering ‘kisruh’ dan miskumunikasi antar pemeluk agama di negeri
ini.
“Pasti Indonesia akan indah dan penuh kemesraan,
jika kita mau 'berguru' kepada bangsa burung itu. Wong menungso kok kalah karo manuk,” pungkas Gus Miftah, memungkasi
tausyiahnya, tepat pukul 21.45 WIB, itu.
Onliner : andri/nanang
Editor : roy enhaer