Ketika Keunggulan Prestasi ‘Dikalahkan’ Birokrasi
http://www.diplomasinews.net/2019/08/ketika-keunggulan-prestasi-dikalahkan.html
@roy enhaer
|
BAGAIMANA mungkin negeri ini akan sanggup ‘memproduksi’
anak-anak ber-SDM Unggul dan Indonesia Maju
jika masih bisa ‘dikalahkan’ oleh keunggulan ‘kekuasaan dan birokrasi’? Sangat mustahil jika bangsa ini akan bisa
berlari dan melompat menuju negeri unggul dan maju, jika para ‘pejabat’ itu
moral dan mentalitasnnya masih tumpul dan berkarat.
Faktanya, true
story atas keunggulan siswa yang ‘dibantai’
oleh ‘keunggulan’ birokrasi itu benar-benar terjadi dan telah menimpa siswa SMK bernama Koko Ardiansyah, atas tragedi
‘terdepaknya’ dia dari barisan inti pasukan pengibar sang saka [ paskibraka ] pada
tujuhbelasan 2019, di Labuhan Batu, Sumatera Utara, kemarin.
Selanjutnya, ‘tragedi’ itu pun menjadi konsumsi
publik dan viral berputar-putar bagai spiral kemudian menampar wajah siapa pun,
menggedor ‘akal waras’ siapa pun, bahkan hingga direspon serius oleh sejumlah petinggi
di negeri ini.
Dan, ‘tragedi’ tereliminasinya Koko Ardiansyah
dari barisan paskibraka di kabupatennya itu, bisa menjadi pelajaran berharga
bagi kita agar peristiwa ‘memalukan’ itu tidak akan pernah terulang lagi. Bukankah
sudah tercanangkan, bahwa kita sebagai bangsa ‘kepingin’ unggul atas sumber daya
manusianya, maju, dan canggih di atas semua negara di jagat ini?
Terlepas benar tidaknya atas berita dan gambar
viral gagalnya Koko Ardiansyah dari barisan paskibraka tersebut, kita sebagai
bangsa sangat tidak boleh menganggap sepele dan enteng-enteng saja. Kita harus
sangat serius dan berani untuk mengusut, menginvestigasi atas pihak-pihak yang diduga
menggagalkan ‘keunggulan’ anak bangsa bernama Koko Ardiansyah, yang ‘dikalahkan’
oleh ‘keunggulan’ birokratis oknum anak pejabat.
Meski akhirnya siswa dari Labuhan Batu, itu, meralat,
mengkonfirmasi, dan meminta maaf atas statmennya yang terlanjur ‘benar’ dan
viral itu, beberapa waktu kemudian. Tapi seharusnya kita jangan gampang menyimplifikasikan,
menyederhanakan, dan mengentengkan kisah nyata Koko Ardiansyah, itu, dengan sedikit-sedikit
memulihkan psikologisnya, mengundangnya ke suatu tempat istimewa, rame-rame memberikan 'doorprice' bea siswa sebagai ‘kompensasi’ agar tak kecewa dan bersedih hati, dan lain-lain,
dan lain-lain, dan lain-lain.
Akhirnya, akan dibawa kemanakah bangsa ini, jika
keunggulan prestasi dan harga diri masih bisa ‘dikalahkan’ oleh ‘keunggulan’
barisan oknum birokrasi?Tak dilarang kan, jika kita menyebutnya dengan 'keunggulan' yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif?
@roy enhaer
Banyuwangi, Senin, 19 Agustus 2019.