Dibangun dari ‘Duit Rakyat’, Embung Ringinpitu ‘Sekarat’
http://www.diplomasinews.net/2019/08/dari-duit-rakyat-embung-ringinpitu.html
DIPLOMASINEWS.NET_RINGINPITU_BANYUWANGI_ Masyarakat
petani, khususnya yang memiliki lahan pertanian di Desa Ringinpitu, Tegaldlimo,
Banyuwangi, Jawa Timur, tersebut, merasa ‘geregetan’ atas tidak berfungsinya
bangunan ‘embung’ sebagai cadangan air ketika musim kemarau tiba.
Bangunan embung seluas 1 hektar yang menelan ‘duit
rakyat’ senilai Rp. 2 milyar, dan berfungsi menampung air ketika petani
kesulitan air untuk ‘ngelepi’ lahan perataniannya, itu, kini, keberadaan fisiknya
semakin memilukan dan bahkan memalukan. Dan, embung seluas kurang lebih 1
hektar, itu, adalah bantuan dari Kementrian PU RI melalui Direktorat Jendral
Sumber Daya Alam [ Dirjen SDA ] di bawah pengawasan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas,
tahun anggaran 2014.
“Eman-eman dengan biaya sebanyak itu. Lha wong
bikin embung kok nggak dipikir lebih
dulu. Itu loh duit rakyat dan hanya dihambur-hamburkan saja untuk bikin embung
yang tak bisa dirasakan oleh petani,” gerundel Wandi, salah satu petani di Desa
Ringinpitu, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di pinggir embung yang berantakan dan kering tanpa air setetes pun,
itu, Kamis 08 Agustus 2019.
PRASASTI MATI : Prasasti untuk menandai atas
bangunan embung di Desa Ringinpitu, itu, kini, menjadi simbol kematian abadi. [
image : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
Lanjut Wandi, apa artinya capek-capek bikin embung,
jika pada akhirnya tak bisa difungsikan dan tak bisa dinikmati oleh para
petani, di desa tersebut? Apa yang harus dinikmati petani jika bangunan embung
yang hanya ‘ngentekne’ duit rakyat milyaran rupiah itu, tapi tak pernah ada
airnya ketika petani butuh membasahi lahan pertaniannya pada musim kemarau
seperti saat ini?
“Tibake
podo ae, masio enek embung karo nggak enek embung,”
pungkas Wandi dengan nada kecut ketika ‘rasan-rasan’ dengan DIPLOMASINEWS.NET. Maksudnya, meski di desanya telah dibangun embung
ternyata tak ada bedanya. Tidak ada fungsinya buat petani seperti dirinya.
Onliner : roy enhaer