Lepaskan Jubah ‘Cebong’ mu, Tanggalkan Baju ‘Kampret’ mu.

@roy enhaer
AKHIRNYA, helatan pemilu presiden 2019, telah usai dan berakhir damai. Meski delapan bulan sebelum pilpres digelar, temperatur politik di negeri ini cukup panas menyengat, dan bahkan mencapai titik didih. Sepertinya, hal itu sudah jamak ketika ada pesta demokrasi di negeri, ini, memang sengaja ‘didesain’ oleh tangan-tangan yang tak tampak dan bersembunyi di belakang panggung kepentingan.  Dan, ‘ngumpet’ di belakang layar transaksi.

Dan, tangan-tangan tak berwujud itu sengaja memantik api di atas ‘kompor gas’ agar ‘baskom’ yang di dalamnya berisi ‘rakyat’ yang tak ‘mudeng’ soal politik itu ikut mendidih otaknya. Targetnya, agar menciptakan ‘kobongan’ dan ‘gaduh’ nasional.  

Lha wong, ketika ada dua anak negeri terbaik yang masing-masing sangat ingin menjadi negarawan dan ‘memimpin’ negeri Nuswantoro,  berlaga di pilpres, lha kok, mereka oleh mereka-mereka itu dijuluki ‘kampret’ dan yang satu lagi dipredikati ‘cebong’.   

Serendah itukah budaya dan peradaban rakyat di negeri adiluhung ini jika memanggil para kandidat yang ingin memimpin negeri ini dengan menyinonimkan sebagai bayi kodok alias cebong, dan juga menyamadengankan dengan binatang nocturnal, hewan malam sejenis kampret?

Tak adakah kata-kata dan ujaran yang lebih nyaman didengar telinga, dan lebih indah dirasakan rasa, selain dua sebutan yang ‘tak beradab’, tuna etika, tuna rasa, tuna logika, tuna ‘unggah-ungguh’, dan tuna estetika, itu?

Tapi, masih beruntung, ternyata antara dua makhluk  ‘kampret’ dan ‘cebong’ itu tidak sempat mengeluarkan ‘jurus-jurus’ pamungkas mereka, dengan saling ‘menyerang’ di antara mereka. Asal tahu saja, bahwa ‘cebong’ sangat menguasai medan di air, dan ‘kampret’ sangat lihai bermanuver di udara.  

Masih beruntung lagi, bahwa akhirnya antara ‘cebong’ dan ‘kampret’ lebih memilih kepada hal-hal yang lebih besar, sesuatu yang lebih dipentingkan rakyat. Mereka ternyata dengan watak ‘kenegarawanan’ nya telah bersedia membuang jauh-jauh egosentris mereka, ego-golongan mereka, ego-partai mereka, dan sanggup meniadakan multy-ego yang selama ini melekat dan disandang mereka. Terbukti, mereka  lebih memilih cinta damai dan perdamaian di negeri yang besar, gemah ripah loh jinawi, dan teramat kaya raya ini.

Selamat berjuang, pemimpinku. Ibu Pertiwi memanggilmu dan butuh pembuktinyatamu, bukan janji potitikmu. Lepaskan  baju ‘kampret’ mu,  dan, tanggalkan baju ‘cebong’ mu.    

@roy enhaer
Dam Buntung, Banyuwangi, Senin, 22 Juli 2019

Related

Cover Story 4375726356159669967

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item