Empunya ‘Kursi’ Itu Rakyat, ‘Bukan’ Milik Pejabat
http://www.diplomasinews.net/2019/07/empunya-kursi-itu-rakyat-bukan-milik.html
PESTA DEMOKRASI telah usai. Gegap gempita
helatan politik pemilu 2019 telah sepi. Siapa melawan siapa, siapa yang menang dan
siapa pecundang telah sama-sama dipajang. Tak ada yang kalah dan tak ada yang
menang. Selanjutnya, orang-orang pinter
dan manusia-manusia hebat di atas sana, berkata seolah-olah berkualitas
‘negarawan’, bahwa sesungguhnya yang menang adalah rakyat. Semua itu adalah
kemenangan rakyat.
Demi mendengar ucapan dan kalimat indah, itu, ratusan juta rakyat, hanya bisa
‘manthuk-manthuk’ saja. Alias, hanya memanggutkan kepala. Kemudian, ratusan
juta penduduk di jagat Indonesia ini akhirnya merasa ‘tersanjung’ dan telah
‘dimanusiakan’ atas posisi kerakyatan mereka sebagai rakyat oleh orang-orang
yang pada pemilu lalu, pernah ‘ditolong’ dan diantarkan ‘nafsu’ politis mereka
oleh kejujuran suara rakyat itu.
Jutaan rakyat sesungguhnya sangat paham bahwa
ketika para pelaku politik, sebelum dan sesudah helatan pesta rakyat telah terlontar
dari ‘mulut’ mereka saling hujat, cela, tuding jidat, fitnah, mata saling
melotot, dan mengecam hingga berbusa-busa bibir mereka, itu, ternyata hanya
‘peragaan’ atau adegan di panggung politik semata.
Dan, ketika ‘adegan’ dramaturgi politik itu
usai, mereka menumpahkan ‘libido’ politisnya ‘rame-rame’ menuju ajang ‘perebutan’
porsi dan posisi kursi kekuasaan.
Pada kelanjutannya, suara sejati jutaan rakyat
yang pada pemilu kemarin telah banyak menopang dan ‘memproduksi’ kursi
kekuasaan itu akhirnya terabaikan dan ‘sengaja’ terlupakan sumbangsihnya.
Ternyata, suara dan kepala rakyat hanya dijadikan ‘pancikan’ atau tangga panjat
para pelaku politik di negeri ini ketika kampanye dan jelang pemilu.
Untungnya, otak jutaan rakyat bisa berpikir
rasional atas ‘perebutan’ kursi yang kini tengah diperebutkan oleh para
orang-orang ‘pinter’ di level atas sana. Untungnya lagi, rakyat tak pernah
’ngiler’ dengan kursi-kursi. Pasalnya, rakyat telah memiliki kursi sendiri yang
mereka beli dari tetesan peluh dan perasan darah mereka sendiri.
Tak pahamkah ‘otak’ dan nalar para pejabat itu
bahwa ‘kursi-kursi’ yang dilirik, dinafsui, dan kini diperebutkan itu sejatinya
mutlak milik rakyat dan mereka sekadar ‘dipinjami’ sementara?
@roy enhaer
Sarongan, Banyuwangi, Selasa, 09 Juli 2019.