Empunya ‘Kursi’ Itu Rakyat, ‘Bukan’ Milik Pejabat



PESTA DEMOKRASI telah usai. Gegap gempita helatan politik pemilu 2019 telah sepi. Siapa melawan siapa, siapa yang menang dan siapa pecundang telah sama-sama dipajang. Tak ada yang kalah dan tak ada yang menang. Selanjutnya, orang-orang pinter dan manusia-manusia hebat di atas sana, berkata seolah-olah berkualitas ‘negarawan’, bahwa sesungguhnya yang menang adalah rakyat. Semua itu adalah kemenangan rakyat.

Demi mendengar ucapan dan kalimat indah, itu,  ratusan juta rakyat, hanya bisa ‘manthuk-manthuk’ saja. Alias, hanya memanggutkan kepala. Kemudian, ratusan juta penduduk di jagat Indonesia ini akhirnya merasa ‘tersanjung’ dan telah ‘dimanusiakan’ atas posisi kerakyatan mereka sebagai rakyat oleh orang-orang yang pada pemilu lalu, pernah ‘ditolong’ dan diantarkan ‘nafsu’ politis mereka oleh kejujuran suara rakyat itu.

Jutaan rakyat sesungguhnya sangat paham bahwa ketika para pelaku politik, sebelum dan sesudah helatan pesta rakyat telah terlontar dari ‘mulut’ mereka saling hujat, cela, tuding jidat, fitnah, mata saling melotot, dan mengecam hingga berbusa-busa bibir mereka, itu, ternyata hanya ‘peragaan’ atau adegan di panggung politik semata.

Dan, ketika ‘adegan’ dramaturgi politik itu usai, mereka menumpahkan ‘libido’ politisnya ‘rame-rame’ menuju ajang ‘perebutan’ porsi dan posisi kursi kekuasaan.

Pada kelanjutannya, suara sejati jutaan rakyat yang pada pemilu kemarin telah banyak menopang dan ‘memproduksi’ kursi kekuasaan itu akhirnya terabaikan dan ‘sengaja’ terlupakan sumbangsihnya. Ternyata, suara dan kepala rakyat hanya dijadikan ‘pancikan’ atau tangga panjat para pelaku politik di negeri ini ketika kampanye dan jelang pemilu.

Untungnya, otak jutaan rakyat bisa berpikir rasional atas ‘perebutan’ kursi yang kini tengah diperebutkan oleh para orang-orang ‘pinter’ di level atas sana. Untungnya lagi, rakyat tak pernah ’ngiler’ dengan kursi-kursi. Pasalnya, rakyat telah memiliki kursi sendiri yang mereka beli dari tetesan peluh dan perasan darah mereka sendiri.

Tak pahamkah ‘otak’ dan nalar para pejabat itu bahwa ‘kursi-kursi’ yang dilirik, dinafsui, dan kini diperebutkan itu sejatinya mutlak milik rakyat dan mereka sekadar ‘dipinjami’ sementara?           
  
@roy enhaer
Sarongan, Banyuwangi, Selasa, 09 Juli 2019.     

Related

Cover Story 5209556307882681042

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item