Pemuda Kreatif ‘Menyulap’ Kampoeng Primitif
http://www.diplomasinews.net/2019/05/pemuda-kreatif-menyulap-kampoeng.html
DIPLOMASINEWS.NET_PURWODADI_BANYUWANGI_Ketika
menyebut ‘primitif’, pasti berpikir kita berkonotasi dengan sesuatu hal yang kuno
dan peradaban rendah, terbelakang dan terisolasi oleh gegap gempita dan hiruk
pikuk zaman modern dengan teknologi yang serba canggih.
Tetapi, kosa kata ‘primitif’
tersebut adalah nama salah satu destinisai wisata alam yang berada di Desa
Purwodadi, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur. Kata primitif oleh
masyarakat desa tersebut dijadikan icon
sebuah rekayasa wisata alam buatan. Kini, destinasi pelesir keluarga tersebut lebih
dikenal dengan julukan ‘Kampoeng Primitif’.
Adalah Drs. Suyanto, Kepala
Desa Purwodadi, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, di lokasi ‘Kampoeng Primitif’
tersebut mengatakan bahwa, destinasi wisata yang berada di wilayah desanya itu,
berawal digagas dan kemudian dikaryakan oleh masyarakat pemuda yang pada
intinya ingin menumbuhkan potensi yang
ada di wilayah desanya.
“Kami telah menawarkan sesuatu
yang tampil beda dengan destinasi-destinasi di tempat lain di Banyuwangi,”
terang orang nomor satu di Desa Purwodadi, itu, ketika diwawancarai
DIPLOMASINEWS.NET, di dekat rumah-rumah ‘isolated tribe’ di Kampoeng Primitif, Kamis, 10
Mei 2019.
Masih terang Suyanto, bahwa sebutan
‘primitif’ itu sama sekali bukan berkonotasi salah satu masyarakat yang terluar
dan terisolasi dengan dunia modern, tapi, ia [ primitif ] tersebut merupakan
akronim dari ‘prima dan inovatif’. Lanjutnya, destinasi
wisata ‘Kampoeng Primitif’ tersebut sengaja dipoles dengan tema unik yang
identik dengan susana dan warna suku-suku pedalaman yang terdapat di nusantara.
“Para muda di kampung ini waktu itu menggagas dan
menyulap lahan yang kurang produktif itu dengan ide baru, yaitu ‘Kampoeng
Primitif’. Sekaligus mereka mengembangkan bakat di bidang taman eksterior. Komplit
jadinya dan menjadi destinasi wisata seperti sekarang ini,” jelentreh Suyanto,
ketika dinterview DIPLOMASINEWS.NET, Kamis, 09 Mei 2019.
Jelentrehnya lagi, yang mesti kita ambil nilai positif dan yang patut dicontoh dari ‘Kampoeng
Primitif’ itu adalah rasa tali kebersatuan, kegotongroyongan, keperdamaian,
bahkan dapat sebagai wahana edukasi dalam memperkenalkan ragam kulturitas
budaya di negeri Pancasila ini.
“Jika ingin menikmati suana dan nauansa alami yang
bener-bener alami adalah, silakan berkunjung ke ‘Kampoeng Primitif’. Di sana
ada peradaban kuno,” pungkas kepala desa Purwodadi, Gambiran, Banyuwangi, itu.
Onliner :
roy/andri