Di Bawah Patuh, Di Atas 'Gaduh'


Roy ENHAER
Gong helatan Pemilu 2019 di negeri ini telah usai ditabuh. Ratusan juta rakyat dengan kepatuhan penuh telah ‘nyoblos’ gambar wajah-wajah calon pemimpin pilihan mereka di balik bilik suara rahasia dengan kesukacitaan. Kini, pesta demokrasi itu telah rampung.

Ratusan juta rakyat yang berbeda aspirasi pilihan di hati mereka ketika pemilu, kini sudah tersatukan dan sudah tak lagi berjarak satu sama lain dalam beraspirasi. Gumpalan emosi yang selama itu membatu, kini telah mencair lagi. Tangan-tangan yang dahulu mengepal keras meninju langit itu, kini sudah saling berjabat erat lagi. Berangkulan mesra lagi. Saling tersenyum dan terbahak-bahak lagi. Saling menghargai dan memartabatkan antar sesama lagi.

Bukankah ilustrasi di atas itu sebagai contoh nyata atas kentalnya kemesraan pergaulan rakyat sehari-hari di negeri Pancasila, ini? Ternyata, rakyat kecil yang jumlahnya ratusan juta itu mampu membangun ‘jiwa besar’ yang selama ini tak pernah dimiliki oleh ‘orang-orang besar’ di atas sana.

Tetapi, yang kita lihat dan rasakan pada setiap pagi, siang, sore, petang, dan larut malam, yang dikerjakan para ‘orang besar’ di atas sana itu bisanya hanya ‘memproduksi’ kegaduhan nasional saja. Ternyata, barisan para ‘orang besar’ itu justru  berjiwa sangat kerdil dan kalah oleh kebesaran jiwa para ‘orang kecil’ di negeri Nusantara  yang populasinya ratusan juta kepala itu.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin para ‘orang besar’ itu berhasil membangun dan merawat kebesaran negeri besar sebesar Indonesia, ini, jika hati, nyali, pikiran, dan jiwa mereka tak pernah bermuai dan berkembang besar? Kenapa selama sebelum pemilu, saat pemilu, dan pasca pemilu, yang dikerjakan dan dipertontonkan oleh para ‘orang besar’ itu hanya gaduh, gaduh, dan gaduh saja di depan jutaan pasang mata rakyat?

Apa sesungguhnya yang mereka cari? Belum cukupkah kekayaan dunia dan kursi jabatan yang mereka sandang dan nikmati selama ini sehingga mereka harus ‘rebut balung tanpo isi’ di antara sesama yang juga sudah memiliki dan menikmati segalanya itu? Dan, di depan wajah rakyat, mereka bisanya hanya saling hujat menuding jidat, mencela, saling mengiridengki, dan saling apa saja yang sesungguhnya ‘tak layak’ diujarkan oleh para ‘orang besar’ itu.   

Pertanyaannya, kenapa para ‘orang gede’ itu begitu tega menabur ‘gaduh nasional’ kepada rakyat yang faktanya bahwa rakyat di bawah sudah sangat manut dan patuh, tapi di tempat lain justru barisan para pejabat itu ‘ciptakan’ kegaduhan tanpa ujung hingga mengusik kedamaian ratusan juta rakyat?  

@roy enhaer
Banyuwangi, Kamis, 16 Mei 2019   

Related

Cover Story 1290023821008204193

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item