‘Blekuthak – Blekuthuk’

Roy Enhaer
Kita ini jenis bangsa yang kurang bisa memaknai dan melakoni bahwa pemilu pada 17 April nanti itu adalah sebuah ‘pesta demokrasi’. Sebuah helatan kegembiraan dan kemesraan rakyat yang telah mentradisi setiap lima tahun sekali.
  
Ia adalah pesta rakyat yang di dalamnya berlangsung tak hanya sekadar ‘memilih’ pemimpin terbaik di negeri ini, tapi sesungguhnya harus ‘mencari’ anak bangsa yang ‘the best’ yang ditugasi rakyat untuk memimpin negeri Bhineka Tunggal Ika, ini.

Tapi, yang terjadi di lapangan politik dan di tabung televisi tersebut adalah justru para ‘poli [ tikus ]’ itu selalu memberi contoh yang tidak beradab di depan ratusan juta pasang mata rakyat di Nusantara, ini, diajari  langsung untuk saling membenci, saling hujat dan menelanjangi ‘aurat’ pribadi.  Harusnya mereka saling menjunjung tinggi perilaku beradab, tapi justru muncul politik ‘biadab’. 

Ratusan juta rakyat di negeri ini sudah sangat paham dan maklum bahwa yang bermulut besar dan ‘nyinyir’ itu adalah para ‘centeng’, ‘pekatik’, ‘tukang ngibul’ dan tukang jualan ‘kecap’ yang tugasnya hanya ‘cari muka’ membaik-baikkan, menghebat-hebatkan, menyanjung-nyanjung, dan juga selalu mempalingbaikkan atas figur yang diusungnya dan sebaliknya mempalingjelekkan di depan hidung rival politiknya pada pemilu nanti.

Akhirnya, tradisi ‘gawe politik’ pemilu lima tahunan yang seharusnya tercipta atmosfir sejuk dan menyejukkan bagi rakyat, tersebut, justru rakyat malah tersuguhi suasana ‘mendidih’ menjelang hari H, tepat pada tujuh belas April, nanti.

Sesungguhnya, yang ‘menciptakan’ suasana ‘mendidih’ itu adalah para ‘pembisik politik’ yang berdiri di kanan – kiri telinga kandidat itu. Merekalah yang sesungguhnya para ‘news maker’ atau pencipta kegaduhan yang seharusnya tidak perlu gaduh. Emosi dan perasaan jutaan rakyat sengaja ‘dipancing-pancing’ agar mendidih hingga berbunyi ‘blekutak-blekuthuk’ seperti ketika kita menjerang air  di ceret. 
 
Sesunggunya lagi, merekalah yang selama ini tugasnya hanya ‘golek rai’ alias mencari muka di depan ‘juragan’ demi mendapatkan ‘fee’ politik karena tugas-tugas ‘membisiki’ itu. 
Akan terus mendidih ‘blekuthak – blekuthuk’ kah suasana pra – pemilu ini hingga tepat pada hari H, nanti hingga terjadi ‘keos’? Itu sangat tidak mungkin, karena negara tidak mungkin akan kalah menjadi pecundang oleh para manusia ‘blekuthak – blekuthuk’ itu.

@roy enhaer
Banyuwangi, 01 April 2019   

Related

Tumbak Cucukan 7372463673586087782

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item