‘Blekuthak – Blekuthuk’
http://www.diplomasinews.net/2019/04/blekuthak-blekuthuk.html
Roy Enhaer |
Ia adalah pesta rakyat yang di dalamnya berlangsung tak hanya sekadar ‘memilih’ pemimpin terbaik di negeri ini, tapi sesungguhnya harus ‘mencari’ anak bangsa yang ‘the best’ yang ditugasi rakyat untuk memimpin negeri Bhineka Tunggal Ika, ini.
Tapi, yang terjadi di lapangan politik dan di
tabung televisi tersebut adalah justru para ‘poli [ tikus ]’ itu selalu memberi
contoh yang tidak beradab di depan ratusan juta pasang mata rakyat di
Nusantara, ini, diajari langsung untuk
saling membenci, saling hujat dan menelanjangi ‘aurat’ pribadi. Harusnya mereka saling menjunjung tinggi
perilaku beradab, tapi justru muncul politik ‘biadab’.
Ratusan juta rakyat di negeri ini sudah sangat
paham dan maklum bahwa yang bermulut besar dan ‘nyinyir’ itu adalah para
‘centeng’, ‘pekatik’, ‘tukang ngibul’ dan tukang jualan ‘kecap’ yang tugasnya
hanya ‘cari muka’ membaik-baikkan, menghebat-hebatkan, menyanjung-nyanjung, dan
juga selalu mempalingbaikkan atas figur yang diusungnya dan sebaliknya
mempalingjelekkan di depan hidung rival politiknya pada pemilu nanti.
Akhirnya, tradisi ‘gawe politik’ pemilu lima
tahunan yang seharusnya tercipta atmosfir sejuk dan menyejukkan bagi rakyat,
tersebut, justru rakyat malah tersuguhi suasana ‘mendidih’ menjelang hari H, tepat
pada tujuh belas April, nanti.
Sesungguhnya, yang ‘menciptakan’ suasana ‘mendidih’
itu adalah para ‘pembisik politik’ yang berdiri di kanan – kiri telinga kandidat
itu. Merekalah yang sesungguhnya para ‘news maker’ atau pencipta kegaduhan yang
seharusnya tidak perlu gaduh. Emosi dan perasaan jutaan rakyat sengaja ‘dipancing-pancing’
agar mendidih hingga berbunyi ‘blekutak-blekuthuk’ seperti ketika kita
menjerang air di ceret.
Sesunggunya lagi, merekalah yang selama ini tugasnya hanya ‘golek rai’ alias mencari muka di depan ‘juragan’ demi mendapatkan ‘fee’ politik karena tugas-tugas ‘membisiki’ itu.
Sesunggunya lagi, merekalah yang selama ini tugasnya hanya ‘golek rai’ alias mencari muka di depan ‘juragan’ demi mendapatkan ‘fee’ politik karena tugas-tugas ‘membisiki’ itu.
Akan terus mendidih ‘blekuthak – blekuthuk’ kah
suasana pra – pemilu ini hingga tepat pada hari H, nanti hingga terjadi ‘keos’?
Itu sangat tidak mungkin, karena negara tidak mungkin akan kalah menjadi pecundang
oleh para manusia ‘blekuthak – blekuthuk’ itu.
@roy enhaer
Banyuwangi, 01 April 2019