Tumor Ganas Gerogoti Mariyati, Otak ‘Pejabat’ Tak Peduli
http://www.diplomasinews.net/2019/03/tumor-ganas-gerogoti-mariyati-otak.html
DIPLOMASINEWS.NET_KEBONDALEM_BANGOREJO_BANYUWANGI_
Barangkali cara Tuhan ‘menguji’ kesabaran makhluk-Nya
bernama Mariyati, 49 tahun, itu dengan telah ‘dititipi’ penyakit yang diduga tumor
ganas di punggungnya dengan batas waktu kesembuhan yang tidak gampang
diprediksi oleh manusaia siapa pun.
Pada senja pukul 17.15 WIB, Kamis, 28 Maret
2019, ketika DIPLOMASINEWS.NET, ber-kulonuwun
di pintu rumah seorang wanita bernama Mariyati, yang dengan setia didamping
Ponidi, suaminya, itu. Saat itu, ia yang belum dikaruniai anak itu tengah terbaring miring di atas kasur tipis
dan kumal di lantai dingin di bilik rumah semi permanennya. Kini, Mariyati yang
mengidap tumor ganas sebesar buah kelapa di punggungnya itu masih tercatat
sebagai warga Dusun Kebonrejo, RT 01-RW 02, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo,
Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam kesehariannya, tubuh lemah Mariyati hanya
bisa tergeletak dengan posisi miring ke kanan atau kiri. Pasalnya, benjolan daging
tumbuh bernama tumor ganas di leher belakangnya itu akan mengganjal jika harus tidur
telentang. Dan, menurut kaca mata medis, Mariyati tergerogoti sejenis tumor : Ca Resio Occipital.
PERIHNYA PONIDI : Ponidi, 54 tahun, hatinya
perih ketika melihat tubuh lunglai istrinya yang menyandang tumor ganas di
punggungnya. [ images : roy
enhaer/diplomasinews.net ]
|
“Mboten saget
tilem mlumah, kok. Polahe keganjel tumore niku,” terang Ponidi, 54 tahun, suami Mariyati, ketika
DIPLOMASINEWS.NET, diberi izin memotret punggungnya yang bertumor itu, Kamis,
28 Maret 2019. Maksudnya, Mariyati kesulitan tidur dengan posisi telentang,
karena terganjal oleh tumor yang membesar di punggungnya itu.
Ternyata, derita Mariyati atas tumor ganasnya yang
sudah berlangsung 6 [ enam ] bulan itu
semakin menderita lagi ketika dirinya dikategorikan sebagai ‘manusia miskin’
Non Kuota yang tak memiliki Kartu Jamkesmas atau Jamkesda Provinsi Jawa Timur, secuil pun.
Dan, kategori miskin non-kuota tersebut, bagi
Mariyati menjadi batu sandungan atas upaya tindakan medis terhadap penyakit
yang dideritanya selama ini. Faktanya, ketika dirujuk ke Rumah Sakit dr.
Soetomo, Surabaya, beberapa waktu lalu, selama dua minggu, ia hanya terbaring
di ranjang rumah sakit dan hanya diperlakukan sebagai pasien biasa.
PEDULI SETENGAH HATI : Wajah Mariyati yang
mengisyaratkan bahwa ia butuh kepedulian yang tidak setengah hati. [ images : roy enhaer/diplomasinews.net ]
|
Akhirnya, waktunya pun habis bersama surat
pernyataan miskin [ SPM ] atau surat keterangan tidak mampu yang ketika itu
dikeluarkan oleh Desa Kebondalem, Bangorejo, Banyuwangi, tersebut, yang
bernomor : 440/264/429.516.05/2019,Tanggal 18 Februari 2019.
“Jujur, saya benar-benar jengkel ketika Mariyati
tidak 'diapa-apakan' di rumah sakit Surabaya [ RS dr. Soetomo ], itu,” ucap Sujarman,
salah satu koordinator dana sumbangan spontan buat kehidupan keluarga Mariyati
dan Ponidi, itu, Kamis, 28 Maret 2019.
Kepada DIPLOMASINEWS.NET, kejengkelan hati Sujarman
telah ditumpahkan tanpa ‘tedeng aling-aling’ kepada pihak-pihak utamanya, pejabat
setempat yang sama sekali tidak punya hati nurani dan rasa kemanusiaan atas
derita penyakit tumor ganas yang diderita Mariyati tersebut.
Lanjut Sujarman, hampir seluruh 'pejabat' di wilayah
Bangorejo, di tingkat birokrasi paling bawah hingga di level paling atas di kabupaten. Mereka tak pernah sama sekali peduli atas
derita dan penderitaan terhadap sakitnya penyakit tumor ganas di bagian ‘cengel’
Mariyati, itu.
“Mereka, para oknum pejabat itu kepeduliannya ternyata
hanya setengah hati. Tidak serius dan ikhlas seperti para warga di desa kami,”
lagi-lagi, kalimat jengkel Sujarman terlontar ketika diinterview
DIPLOMASINEWS.NET, di rumah Maryati, yang masih ‘numpang karang’ alias ndompleng di lahan milik saudaranya,
itu.
NUMPANG HIDUP : Ketika Ponidi ‘berpose’ di depan rumah semi permanen yang statusnya tidak permanen itu. [ images : roy enhaer/diplomasinews.net ] |
Masih dengan kalimat kejengkelan, akhirnya, Sujarman
semakin meledak-ledak dan sama sekali tidak butuh kepedulian 'pejabat', jika faktanya,
ketika ada manusia bernama Mariyati yang tergeletak tak berdaya karena tubuhnya
tergerogoti tumor ganas selama hampir 6 [ enam ] bulan lamanya itu.
“Kami tak butuh ‘orang-orang penting’ di Banyuwangi,
ini. Tapi, kami hanya butuh manusia-manusia yang pikirannya ‘waras’ dan hatinya
peduli atas derita Mariyati. Itu saja,”
pungkas Sujarman dengan sisa kejengkelannya di depan media online, ini, Kamis, 28 Maret 2019.
Onliner :
roy enhaer/diplomasinews.net