Budi, Arsitek 'Ogoh – Ogoh' di Balik Nyepi
http://www.diplomasinews.net/2019/03/budi-desainer-ogoh-ogoh-setiap-jelang.html
KARYA
SENI BUDI : Seni itu tak harus mahal bahan bakunya, tetapi yang mahal itu
sentuhan terakhirnya. [ images : roy
enhaer/diplomasinews.net ]
DIPLOMASINEWS.NET_BLOKAGUNG_BANYUWANGI_Bagi
orang kebanyakan dan awam, Ogoh-ogoh
adalah ‘boneka raksasa’ yang diarak keliling desa ketika menjelang
malam sebelum Hari Raya Nyepi, dan kemudian ditingkahi dengan iringan gamelan
Bali, Bleganjur. Kemudian, Ogoh-ogoh
itu pun akhirnnya dibakar.
Seperti para muda Hindu di Pura Bukit Amertha,
Dusun Kalisuro, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, Jawa Timur,
itu, ketika ditemui DIPLOMASINEWS.NET, menjelang senja, 17.00 WIB, pada Selasa,
05 Februari 2019. Para pemuda itu telah terlibat pembuatan patung raksasa Ogoh-ogoh.
“Ah, masih belajar kok. Saya mengerjakan Ogoh-ogoh tidak sendiri, tapi dibantu
teman – teman di sini. Saya itu otodidak,” aku Budi, kepada DIPLOMASINEWS.NET, ketika ditemui di
lokasi pembuatan Ogoh-ogoh, Selasa, 05 Februari 2019.
Budi adalah salah satu tokoh pemuda di Pura
Bukit Amertha, yang sering disebut-sebut sebagai ‘desainer’ pembuatan Ogoh-ogoh, setiap kali menjelang Nyepi dilaksanakan. Dan, Budi selalu mengelak
jika disebut sebagai perancangnya. Menurutnya, Ogoh – ogoh adalah karya seni patung dalam kultur Bali. Ia
merupakaan simbolisasi dan penggambaran kepribadian Bhuta Kala dalam wujud
patung Raksasa. Selain wujud raksasa, Ogoh
– ogoh sering digambarkan sebagai sosok berpostur tinggi besar dan
menakutkan. Ia digambarkan dalam wujud makhluk – makhluk penghuni alam mayapada.
KARYA
OTODIDAK : Budi mengaku hanya otodidak dalam mendesain patung seni Ogoh – Ogoh tersebut [ images : roy enhaer/diplomasinews.net ]
“Pembuatan Ogoh-ogoh
tak harus dengan bahan mahal. Saya suka mencari bahan baku yang gampang
ditemukan di sekitar kita. Yang penting kan
sentuhan terakhirnya,” terang Budi, di sela-sela menyempurnakan atas karya seni
patung Ogoh-ogoh-nya, itu. Soal biaya
pembuatan Ogoh-ogoh, kali ini, dengan
sedikit enggan, ia menyebut angka hanya kisaran Rp. 1,5 juta hingga Rp. 2 juta,
saja.
Menurut Budi, karya seni Ogoh-ogoh tersebut sebisa
mungkin diambil dari bahan yang sangat
sederhana dalam pembuatannya. Baginya, karya seni itu bukan soal benar atau salah,
tetapi, pantes atau tidak pantes ketika dilihat oleh mata. Memiliki
nilai artistik atau tidak. Bahkan, karya seni itu akan bisa ‘dinikmati’ mata ketika di dalamnya terdapat ‘roh’ yang
seolah hidup.
‘Itulah seni. Mesti dilihat dan dinikmati dengan
hati,” pungkas Budi, sembari mengantar DIPLOMASINEWS.Net, untuk melihat-lihat
karya seni patung Ogoh-ogoh –nya, itu.
Onliner :
roy enhaer/diplomasinews.net