Yon DD : Ketika ‘Kendang Kempul’ Kehilangan Roh dan Arah
http://www.diplomasinews.net/2019/02/yon-dd-ketika-kendang-kempul-kehilangan.html
HILANG ARAH TANPA ROH : Ketika Yon DD, merasakan musik etnik Kendang Kempul kehilangan roh dan arahnya [ images : yon dd ]
Dalam
kaca mata media online ini, ia adalah sosok musisi sekaligus vokalis yang
bersahaja dan andhap asor dalam bermusik. Dengan totalitas yang total ia telah
lakoni dunia musik itu hingga sekarang. Baginya, hidup dan berkehidupan di
jagat musik itu telah menjadi pilihan hidup dalam kehidupannya.
Bahkan
ketika ia bersama media online ini duduk
lesehan di trotoar jalan kota Banyuwangi, mengatakan bahwa dalam proses
kreativitas menciptakan lagu-lagunya, ia selalu mengutamakan segumpal hati yang
mendengarkannya, bukan telinga. Maksudnya, setiap kali menciptakan lagu ia
berharap hanya ‘telinga’ hati saja yang wajib menikmatinya, bukan telinga yang
menempel di kepala itu.
“Saya
berusaha ciptakan lagu dengan hati. Sebab hanya hatilah yang sanggup mengatakan
sesuatu itu dengan sejujurnya,” ujar dedengkot
musik etnis Kendang Kempul Banyuwangi itu saat ngopi di trotoar kota
Banyuwangi, Selasa, 26 Februari 2019.
Ketika
ditanya apakah musik etnik Banyuwangian
itu, kini telah bergeser kualitasnya jika diperbandingkan pada eranya itu? Dengan
jujur ia menjawab bahwa harus diakui kalau musik Kendang Kempul era sekarang, sudah kehilangan arah, dan kehilangan
rohnya.
GENERASI YOUTUBE : Ketika industri cakram, kata Yon DD [ berbaju kotak-kotak ], telah, sedang, dan akan terus 'terlindas' oleh era YouTube [ images : roy enhaer/diplomasonews.net ]
Lanjutnya,
saya sangat apresiatif atas kehandalan, kepiawaian dan keprofesionalitasan para
musisi muda dalam bermusik. Juga para penembang muda Kendang Kempul yang semakin beragam style dan karakter mereka dalam bernyanyi. Tapi, di sisi lain, mereka sangat miskin
idealitas, kurang bisa menjaga keorisinalitasan atau keaslian musik etnisnya
sendiri, dan mereka selalu bersedia ‘ngikuti’ selera pasar industri musik. Mereka
selalu tak bisa berbuat banyak jika harus menghadapi selera pasar.
“Keorisinalitasan
atau kemurnian musik Kendang kempul, itu jika tak dijaga dan dirawat terus
menerus, cepat atau lambat akan digilas oleh kejamnya kaki-kaki industri,” terang Yon DD sembari
mengilustrasikannya kepada media online ini, Selasa, 26 Februari 2019.
Menurut
pecipta lagu ‘Suoro’ itu, bahwa sebelum dirinya
menciptakan lagu-lagunya, ia selalu melakukan ‘investigasi’ di lapangan terlebih
dahulu agar menenukan fakta sosial yang sebenarnya. Seperti, lagu Suwara itu,
misalnya. Lagu itu merupakan
kisah nyata yang umum dijumpai dan dirasakan oleh masyarakat.
Dengan
berendah hati, Yon selalu ber-alhamdulillah setiap lagu ciptaannya bisa
diterima dan dinikmati oleh masyarakat di level mana pun. Dan, lagu Suwara adalah salah satu tembang hit pada era 2007-an. Dan, momentum itu sebagai
indikator bahwa musik etnik tersebut
telah menemukan kebangkitannya di Bumi Blambangan, Banyuwangi, ini.
“Ah,
sekarang apa pun inginnya serba instan, termasuk musik Kendang Kempul. Kualitas
di kesampingkan dan yang penting kebutuhan pasar musik terpenuhi. Kita sedang ‘diatur’
oleh industri high-tech. Seperti YouTube yang telah melanda dan menggilas
dunia musik,” jelas Yon.
Jelasnya,
ia sebagai musisi tengah terjepit oleh peradaban canggih seperti IT. Dunia recording sekarang sedang terpasung
langkah-langkahnya. Tehnologi musik yang ber-CD atau cakram tengah terdesak ke
pinggir jurang dan telah kehilangan pasarnya.
“Selalu
kalah dengan YouTube,” pungkas Yon DD ketika mengakhiri interview di teras rumah asrinya di kawasan Jalan Riau, Banyuwangi,
Jawa Timur, Selasa, 26 Februari 2019.
Onliner : roy enhaer