‘Lambe Turah’, Hati Rakyat Terbelah

@roy enhaer
SAYA mencoba merefleksikan suasana hati rakyat di Negeri yang penuh toleransi ini dalam konteks ‘Debat Presiden’ beberapa waktu lalu. Menurut berpikir saya, bangsa di negeri ini sangat belum siap ketika harus berbeda pendapat. Belum siap mentalnya, belum siap logikanya, belum siap hatinya, dan belum siap kuturalnya.

Dan, multi-kebelumsiapan itu sesungguhnya telah menghinggapi manusia-manusia di negeri Pancasila ini. Jangankan rakyat awam, bahkan tokoh-tokoh dan orang-orang penting di pusat perpolitikan di atas sana pun, sangat kentara kalau mereka itu belum siap menghadapinya.

Coba kita amati dengan akal sehat dan pikiran waras ketika melihat dua kandidat capres itu ‘live’ di layar monitor TV waktu itu. Semua rangkaian perdebatan yang tergelar dari awal hingga rampung itu benar-benar tak menunjukkan bahwa dua ‘The Candidates’ itu masih sangat belum menunjukkan kenegarawanan mereka. Padahal Ibu Pertiwi pemilik negeri ‘gemah ripah loh jinawi’ yang bernama Indonesia itu telah memanggil anak-anak zaman untuk menata, merawat, menentramkan, dan mengkhalifahinya hingga bisa terwariskan kepada generasi anak, cucu, cicit, dan ‘cocot’ bangsa di negeri zamrut katulistiwa ini.

Dan, gelaran politik bertajuk ‘Debat Capres’ beberapa waktu lalu itu sangat mengindikasikan betapa para kandidatnya sangat tidak siap untuk berbeda gagasan, berbeda konsep, berbeda cara pandang dalam memandang Indonesia yang berbhineka dan kaya raya ini. Jangkauan dan horison pikiran-pikiran mereka masih sangat kurang luas, kurang mondial, dan sangat kurang mendunia. Gagasan mereka masih hanya selevel ‘musrenbangdes’ atau acara 'cerdas cermat' di tv hitam putih zaman dahulu itu. Idealitas mereka  masih sangat belum mampu menembus langit dan menukik ke bumi di ketinggian dan kedalaman hati rakyat.

Mereka masih sebatas berdebat soal siapa penguasa dan siapa yang dikuasai. Siapa yang gampang ‘hutang’ dan siapa yang ‘tidak suka’ hutang. Siapa yang kini memiliki ribuan hektar lahan padahal selama ini sudah ‘tertutupi’ rapat-rapat, dan siapa yang ‘keprucut’ telah memublikasikannya untuk ‘kepentingan’ politis dalam debat presiden, lusa hari itu?

Coba kita memotretnya lebih fokus lagi, betapa para kandidat capres itu masih ‘dicapreskan’ oleh ‘industri’ partai politik yang belum tentu paralel dengan aspirasi jutaan rakyat di negeri ini. Mereka masih didorong-dorong dan digiring-giring oleh para 'makelar' politik dan ditepuktangani oleh tim sukses mereka masing-masing yang justru ‘nafsu politik’ nya melebihi sang kandidat itu sendiri. Saling menghujat tuding jidat antar tim sukses ketika tayang langsung di kaca televisi. Saling kecam dan ejek, saling lempar kebencian, caci maki, dan sumpah serapah.

Gelar debat kandidat yang sangat gebyar itu jika diteropong dari kaca mata ratusan juta rakyat di negeri ini,  ‘tibaknya’  sekadar ‘lambe turah’ saja. Hanya omong tanpa meresapi kesumpekan dan ‘kelaparan’ hati rakyat, tanpa bisa menjamin kesejahteraan, dan kenyamanan hati rakyat, padahal negeri ini adalah kedaulatannya milik rakyat. Mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya mereka itu sekadar ‘jongos’ rakyat.

Akhirnya, debat capres itu justru menjadi ajang tabur kebencian, keterpecahbelahan dan teriris-irisnya hati nurani ratusan juta rakyat di negeri ‘Nyiur Melambai’, ini. Sekadar 'lambe turah' alias mulut berbusa-busa saja. 

Apakah sesungguhnya yang dapat diperoleh, dan dimaknai sebagai pelajaran berharga oleh ratusan juta rakyat yang tengah menikmati suguhan debat calon presiden di layar televisi hingga di sudut-sudut kampung seantero negeri, ini? Sekadar ‘lambe turah’ kah?

@roy enhaer
Banyuwangi, 23 Februari 2019

Related

Tumbak Cucukan 4406922585973970274

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item