Ritual ‘Mbalang Apem’ di Kebondalem



DIPLOMASINews.Net_ KEBONDALEM _ BANYUWANGI _ Tradisi ‘Mbalang Apem’ atau melempar kue apam, telah digelar di pinggir sungai di Dusun Tanjungrejo, Kebondalem, Bangorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. [ Jumat siang, 14.00 WIB, 05 Oktober 2018 ].

Acara ‘Mblang Apem’ itu juga dihadiri oleh seluruh Forpimka kecamatan Bangorejo, seperti, unsur polsek, koramil, kecamatan, dan tokoh masyarakat. Tak tertinggal, sedikitnya 30 [ tiga puluh ] gadis ikut terlibat pada tradisi unik tersebut.

Catatan DIPLOMASINews.Net, bahwa tradisi ‘Mbalang Apem’ itu merupakan rangkaian dari acara Festival ‘Arung Kanal’ yang digelar dan diperlombakan pada malam Minggu besok.

Ribuan pengunjung berjubal dan berjajar di pinggir sungai demi melihat acara ‘nyeleneh’ tradisi ‘Mbalang Apem’ tersebut yang sudah ada dan mengada sejak 1967 lalu. Dan, tradisi tersebut merupakan pesta rakyat yang sebagian besar petani itu. Mereka menganggap bahwa selama ini telah mendapatkan tumpahan nikmat berupa air yang mengalir deras di sepanjang sungai dan sepanjang tahun. Bagi masyarakat di Kebondalem yang mayoritas petani itu merasa bersyukur pada Allah, bahwa air merupakan sumber hidup dan penghidupan mereka.

Sekadar footnotes alias catatan kaki, bahwa penganan  ‘apem’  tersebut dibuat dari campuran ‘gelepung’ dan santan kelapa. Kemudian, adonan yang sudah tercampur sempurna itu dimasak ‘rame-rame’ oleh warga  ‘sak deso’ Kebondalem. Dalam ritual tersebut, sedikitnya ada 10.000 [ sepuluh ribu ] apem yang terbungkus plastik itu siap ‘dibalangne’ atau dilempar-lemparkan pada puncak acara nanti.

Sebelum ribuan ‘apem’ itu dilempar-lemparkan, terlebih dulu diwadahi dan diletakkan di atas panggung yang berdiri di pinggir sungai bersama ‘sego tumpeng’ untuk dibacakan doa-doa. Yang dipimpin oleh sesepuh desa setempat.

Sementara itu, sebanyak 30-an gadis desa yang berkebaya itu berjajar di atas panggung kehormatan dengan posisi siaga membawa ‘apem’ untuk naik ke atas perahu kano kemudian mereka beraksi ‘mbalang apem’ ke arah pengunjung.

“Anak gadis sengaja kita pilih yang cantik dan masih perawan. Mereka kita dandani kebaya ala ‘Jebeng’ Banyuwangi untuk  menarik para jejaka,” ujar Tukiran, sesepuh desa, ketika diinterview DIPLOMASINews.Net.

Lanjut Tukiran, setelah selesai doa, ribuan apem langsung dibawa oleh para gadis  ke atas perahu karet. Secara bergantian, para gadis melemparkan ribuan apem ke arah penonton yang   sudah berjajar di sepanjang aliran sungai. Menurutnya, yang bisa menangkap dan mendapatkan ‘apem’ kemudian dimakan, akan mendapat berkah.

Masih menurut Tukiran, ‘berkah’ dari ritual ‘Mbalang Apem’ tersebut bisa beragam bentuknya. Untuk para pedagang bisa diberikan kelancaran rezeki dan dagangannya laris. Bagi yang para jejaka ‘dipercaya’ akan segera mendapatkan jodoh.

Salah seorang pengunjung, Sunarti, warga Jember, yang ditemui DIPLOMASINews.Net, di pinggir sungai, mengatakan, ia sudah tiga hari di Banyuwangi mengaku sengaja datang karena penasaran ingin melihat perahu hias dan  ritual ‘Mbalang Apem’ tersebut. Ia ingin membuktikan bahwa siapa yang berhasil menangkap dan mendapatkan ‘apem’ akan ‘ketiban’ berkah dan ‘dilancarkan’ jodohnya.

“Ternyata seru dan unik,” ujarnya pada media online ini.

Onliner          :  ikhsan/diplomasinews.net
Editor             :  roy enhaer

Related

Cover Story 1219545373489846579

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item