Desa Sambimulyo, 'Bersih Deso' dan Pengajian Akbar 'Satu Suro'

 
DIPLOMASINEWS.NET_BANGOREJO_BANYUWANGI _ Peringatan Tahun Baru Islam 1440 H atau 1 Suro, digelar di Desa Sambimulyo, Bangorejo, Banyuwangi, 13 September 2018.

Panggung besar di lapangan desa Sambimulyo itu, malam ini [ Kamis, 13 September 2018 ] menghadirkan pendakwah kondang, KH Aad Ainurussalam, dari Surabaya dan dihadiri oleh ribuan jamaah.

Dari atas mimbar, tausyiah dari Gus Aad [ KH Aad Ainurussalam ] membuat ribuan jamaah tak beranjak dari tempat duduk mereka. Pesan-pesan religinya sangat bisa diterima jamaah dan dibumbui dengan rasa humor khas Gus Aad. Di sela-sela ceramahnya, selalu diwarnai dengan alunan musik religi.

Saat ditemui DIPLOMASINews.Net, Wintoyo, SH, kepala desa Sambimulyo, mengatakan bahwa pengajian akbar yang digelar di lapangan desa itu tujuannya untuk meningkatkan rasa keagamaan seluruh umat, khususnya untuk mempererat kerukunan antarumat beragama di desa Sambimulyo.

“Saya ingin rakyat Sambimulyo merayakan tahun baru Islam ini dengan meriah dan bermanfaat,” papar Wintoyo pada media online ini.

Pengajian akbar yang digelar di lapangan Desa Sambimulyo, Bangorejo, Banyuwangi itu juga dihadiri oleh KH Burhan Albanani, segenap pengurus Dzikrussafaah, forpimka se kecamatan Bangorejo, tokoh partai PDIP Sugirah, SPd, Msi.

Pada hari berikutnya, pemerintah Desa Sambimulyo, Bangorejo, Banyuwangi, itu juga menggelar acara ‘Suroan’ atau Tahun Baru Islam 1440 H sekaligus ‘ruwatan’ desa di pendapa Balai Desa.

Ketika itu, dalam ritual ‘ruwatan’ yang disimbolisasikan dengan seni wayang purwa itu diyakini oleh sebagian warga di Desa Sambimulyo sebagai upaya ‘tolak balak’ atau ancaman mara bahaya atas segala hal yang buruk dan kotor dalam hidup dan kehidupan di dunia ini.

“Ruwatan tersebut diharapkan agar seseorang terbebas dari malapetaka. Pada kehidupan nyata sehari-hari agar kita selalu terjaga baik atas ucapan, dan perilaku agar tidak menimbulkan aib. Makanya, kita mesti mengadakan ruwatan,” jelentreh Wintoyo, SH, kepala desa Sambilmulyo pada DIPLOMASINews.Net, di tengah sakralnya ruwatan.

Tambahnya lagi, dalam ruwatan, jika seseorang yang terkena suatu ‘sukerta’, ia akan ‘diuntal’ atau dimangsa ‘Batara Kala’.  Dan, untuk menghindar atau melepaskan semua itu, seseorang mesti menyelenggarakan upacara ‘ruwatan’ dengan segala persyaratan yang benar dan tepat.

Upacara ruwatan yang di-dalangi oleh Ki Dalang Suyadi berlangsung sakral, hening, ngelangut, dan mistis dalam menggelar lakon-lakonnya dari awal hingga akhir kisah. Dalam menarasikan lakonnya, ritual ruwatan tersebut juga merupakan upaya menghalau berbagai wabah, hama dan penyakit yang berusaha menyerang tanaman dan lain sebagainya.

Sementara itu, Kepala Desa Sambilmulyo, Wintoyo, SH, bertutur pada DIPLOMASINEWS.NET, bahwa untuk mengenang atau memperingati wayang zaman purwa terbagi atas 4 bagian, yaitu: mitos-mitos permulaan kosmos mengenai dewa, raksasa, dan manusia, Arjunasasrabahu, yang memuat pendahuluan Ramayana

Di dalam wayang dikandung hakekat kehidupan yang sangat mendasar. Aspek penting dalam kaitannya dengan hakekat wayang ialah masyarakat Jawa sering mengaitkan antara peristiwa yang terjadi di dalam dunia wayang dengan dunia nyata.

Inti dari lakon wayang adalah bayangan dunia nyata, yang di dalamnya terdapat makhluk ciptaan Ilahi, seperti : manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bahkan dunia seisinya. Pembayangan itu berisi tentang gambaran kehidupan manusia, terutama mengenai sifat keutamaan atau kemuliaan dan keangkaraan atau kejahatan atas peristiwa yang terjadi dalam dunia nyata, yang disebabkan oleh sesuatu hal sehingga seseorang terkena sukerta. Semua itu akan menjadi mangsa Batara Kala.

Onliner             :  ikhsan/andri/wati/hary
Editor               :  roy enhaer

Related

Cover Story 7272189826722123465

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item