Antaboga, ‘Wisata’ Multi-Agama di Tengah Hutan Belantara


DIPLOMASINEWS.NET _ GLENMORE _ BANYUWANGI _ Adalah Antaboga, destinasi wisata dan juga tempat peribadatan multi-religi, itu, terletak di rimbunnya hutan pinus di zona Kesatuan Pengolahan Hutan [ KPH ], Banyuwangi Barat, Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur.

Ketika DIPLOMASINews.Net, berivestigasi wisata dan memasuki di kawasan itu benar-benar tercengang dibuatnya. Betapa tidak, ternyata ada  ’sesuatu’ yang unik dan menggeliltik di bawah sejuk dan rimbunnya pucuk-pucuk pinus itu. Beragam simbolitas religi di tempat itu telah terbangun. Semua agama dan kepercayaan yang dianut warga di negeri agamis ini telah membangun tempat ibadah mereka masing-masing. Dan, Ada nuansa toleransi dalam keberagamaan yang kental di tempat itu.


Di tengah hutan pinus itu telah terbangun berbagai tempat ibadah milik semua agama dan kepercayaan yang dianut di Indonesia. Seperti, tempat beribadah, Islam, Katolik, Hindu, Kristen, Budha, hingga Konghuchu. Toleransi beragama terasa sangat kental di wisata religi Antaboga itu.

"Di tempat ini siapa pun bisa beribadah sesuai keyakinan masing-masing," terang Kadek, salah satu pemandu wisata di Antaboga,  ketika ditemui media online, ini, pekan lalu.

Lanjutnya, di Antaboga itu benar-benar tercipta rasa toleransi antaragama yang ada di negeri ini. Semua agama boleh melakukan ritualitas agama dan kepercayaannya masing-masing. Kadek yang beragama Hindu itu pun tidak hanya ‘mengurus’ para pemeluk dan tempat ibadah Hindu saja, tapi juga membantu segala sesuatu bagi para pemeluk agama yang lain.   

Catatan DIPLOMASINews.Net, ternyata di wisata Antaboga itu terdapat  pemandian air suci di sekitar Pura, yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. Dan, air suci itu tak hanya untuk umat Hindu saja, tetapi juga boleh digunakan oleh semua agama. Pemandian itu dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Lagi-lagi, semua umat boleh mandi dan berdoa di tempat itu sesuai kepercayaannya masing-masing.

Langkah kaki media online, ini masih terus menyusuri kawasan wisata reilgi Antabago yang berada di sejuknya hutan pinus itu. Dan, tidak jauh pemandian itu, terdapat Patung Dewi Kwam Im yang merupakan simbol kepercayaan umat Budha. Kurang lebih 30 meter dari patung Dewi Kwam Im, telah berdiri megah patung Bunda Maria dan Yesus. tak jauh dari tempat itu, telah berdiri tempat ibadah, Musala, milik umat muslim.

Untuk memasuki zona wisata reilgi Antaboga, para pengunjung ‘diwajibkan’ mengenakan busana sopan dan tidak diperkenankan menggunakan celana pendek. Pengunjung pun dipersilakan menginap di Antaboga itu jika ada keinginan. Tempat ini juga telah menyediakan fasilitas pondok-pondok inap dan sangat tidak diperbolehkan para penginap melakukan keberisikan. Harus tenang.


Ketika majalah ini menelusur tentang historikal wisata di hutan pinus itu ternyata belum ada catatan resmi sejak kapan Antaboga itu ada. Dalam mitos Bali, Antaboga disebut sebagai ular raksasa yang berada di dasar perut bumi. Dalam kisahnya, ular raksasa itu ada ketika bumi ini diciptakan. Dalam makna lain, Anta diartikan sebagai tempat, dan Boga dimaknai sebagai makanan.      

Sementara itu, saat DIPLOMASINews.Net menemui tokoh spritual di Antaboga, Handoyo, yang bergama Katolik, dan I Gusti Agung Putra Brahmasta, penganut Hindu. Mereka mengatakan bahwa di tempat itulah [ Antabaga ] merupakan ‘miniatur’ atas keberagaman agama yang ‘sanggup’ bertoleransi antar pemeluk agama yan berbeda keyakinannya. Ada kebersamaan antarumat bergama yang tebangun dengan mesra dan indah di Antaboga itu.

“Kenapa para pemeluk agama ‘di luaran’ sana justru selalu ‘berantem’ saja? Kenapa mereka tidak ‘mencontoh’ kentalnya toleransi beragama di Antaboga, ini?” tanya DIPLOMASINews.Net ketika di bawah rindang dan sejuknyanya pucuk-pucuk pinus di Antaboga. Tak ada ada jawaban dari keduanya. Hanya senyum dan tersenyum.

Di saat terpisah, salah satu tokoh Hindu, I Putu Armika, ketika ditemui, mengatakan bahwa pihaknya tengah mengadakan ritual mendudukkan tempat pemujaan patung Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul, penguasa pantai laut selatan, yang biasa disebut dengan Ratu Pengadilan.

Tempat seperti di Antaboga itu adalah merupakan ‘miniatur’ atas toleransi antaragama di negeri ini. Andai, penganut seluruh agama di negeri Pancasila ini mau dan mampu ‘mencontoh’ ragam keberagamaan dan simbolisasi tempat ibadah masing-masing agama. Ternyata, di tempat wisata religi itu ada kebhinekaan yang kental dalam konteks toleransi kereligiusitasan di negeri Nusantara, ini.

“Bisakah di Antaboga ini menjadi ‘miniatur’ atas toleransi antar agama di Indonesia?”, tanya DIPLOMASINews.Net, pada  I Putu Armika, salah satu tokoh Hindu dari Jakarta, ketika di Antaboga. Tak ada jawaban, ia hanya senyum simpul saja.

Onliner      :  pur/adi/ikhsan/budiyono/hariyanto/andri/tegas/jefri/budiharjo/nanang
Editor         :  roy enhaer

Related

Cover Story 5350816144607565956

Follow Us

Postingan Populer

Connect Us

DIPLOMASINEWS.NET
Alamat Redaksi : Perumahan Puri Jasmine No. 07, Jajag, Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur
E-mail : redaksi.diplomasi@gmail.com
item