GENDING, GENDANG, DAN GENDENG
http://www.diplomasinews.net/2017/10/gending-gendang-dan-gendeng.html
Ketika istri sejatiku kubohongi setiap hari, pasti aku kehilangan kesejatian cinta itu. Ketika ‘kekasih gelapku’ kukhianati cinta birahinya, pasti aku telah merusak nafsu asmara itu.
Ketika aku tengah menabuh gendang mengiringi
‘uyon-uyon’ gending tanpa mendengar bunyi gong, bonang, gender, dan saron, aku
telah merusak keutuhan harmonisasinya.
Pun, jika aku sebagai pemimpin rakyat tanpa mau
mendengar suara hati rakyat, kegelisahan, dan kesumpekan ekonomi yang hari-hari
ini semakin menjepit hidup rakyat, pasti aku pemimpin yang tak paham akan
gending-gending rakyat.
Tukang gendang adalah dirijen atas selaras atau
tidaknya irama itu didengar telinga dan dirasakan hati.
Ibarat tukang gendang, pemimpin sangat dilarang
seenaknya ‘ngeplak’ gendang dalam memimpin simponi kepemimpinan. Ia
harus paham irama hati rakyat. Gending-gending yang berbunyi di kedalaman hati
rakyat.
Hanya pemimpin yang ‘gendeng’ saja yang tak peka
mendengar irama hidup atas jutaan rakyatnya. Pemimpin jangan hanya mendengarkan
irama nafsu dirinya sendiri. Pemimpin yang hanya pandai ‘nggedabrus’ mencari
popularitas dan pencitraan atas dirinya sendiri. Pemimpin yang hanya bisa
mendengar gending-gending ‘keserakahan’ atas dirinya sendiri.
Hanya pemimpin ‘gendeng’ yang kupingnya ‘budeg’
dan hatinya tuli saja yang tak pernah peka mendengar irama hati rakyat yang
dirakyatinya.
Budeg dan gendengkah aku? Bagaimana denganmu?
@roy enhaer
Banyuwangi, Friday, October 6, 2017